KALPATARA.ID– Batik Klasik Blitar Wirangrong yang selama ini belum banyak terekspos, diangkat dalam sebuah sarasehan yang diselenggarakan pada 4 Juli 2024 lalu dalam rangka ulang tahun Perpustakaan Nasional Bung Karno ke 20. Dalam sarasehan ini, terungkap motif batik klasik Blitar ternyata terkait dengan relief candi.
Batik Wirangrong tercetus sebagai batik klasik Blitar dalam Sarasehan diisi oleh 3 narasumber, yakni Yuliati Umrah, pemilik gallery Dewa Dewu Rama Daya yang berada di Ubud Bali dan Surabaya sekaligus direktur eksekutif ALIT Indonesia. Yuliati Umrah telah banyak berkiprah di bidang pendidikan dan kebudayaan, pun mendapatkan penghargaan internasional sebagai salah satu dari 80 pemimpin terbaik dunia versi pemerintah AS dalam pendamping kaum Perempuan pewastra dari jeratan eksploitasi dan trafiking melalui beragam kegiatan pemberdayaan.
Hadir pula Enny Setiawati seorang perajin batik senor dari kota Blitar serta Ryan Yugo seorang pendidik di sekolah menengah atas sekaligus pegiat wastra kota Blitar.
Yuliati dalam paparannya menjelaskan secara mendetail tentang “nilai” sebuah batik tak hanya pada bahan dan tehnik pembuatannya. Batik juga mengandung filosofi yang menggambarkan hubungan manusia dengan alam dan penciptanya serta hubungan manusai dengan kondisi sosial sekitarnya.
“Motif batik berbeda dengan sekadar menggambar atau melukis di atas kain. Dalam batik, terdapat pola yang disebut fraktal, dimana terjadi pengulangan yang sangat mirip dan terus tersambung. Pola batik sangat erat kaitannya dengan keterhubungan satu titik hingga meluas. Karena itulah disebut ambaning titik (batik) atau satu titik yang terus membesar dan meluas,” papar Yuliati.
Motif Batik dan Relief Candi
Dalam sarasehan tersebut terungkap, banyak ragam motif kain yang bisa dieksplorasi lebih lanjut kaitannya dengan relief dan arca candi era Mataram Kuno dan Jawa Klasik.
Di dalam wilayah administrasi Blitar terdapat 12 candi yang tersebar. Adapun candi yang paling terkenal di daerah ini adalah Candi Penataran yang terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok. Menurut riwayatnya, Candi Penataran dahulu merupakan candi negara atau candi utama kerajaan.
Pembangunan Candi Penataran dimulai ketika Raja Kertajaya mempersembahkan sima untuk memuja sira paduka bhatara palah yang berangka tahun Saka 1119 (1197 Masehi). Para arkeolog meyakini, nama candi ini dulu disebut sebagai Candi Palah.
Relief menarik di beberapa panil candi Penataran menampilkan rangkaian cerita tentang Panji (epos wayang Panji), dimana menggambarkan suasana hati Galuh Candra Kirana saat menanti kekasihnya Panji Asmarabangun atau Raden Inu kertapati.
Dari riset yang dilakukan di Candi Penataran tergambar pula pertemuan membahagiakan antara Inu Kertapati dengan Candra Kirana. Di dalam relief Inu Kertapati mengenakan Ikat Kepala dan kain menjuntai bermotif seperti mandala.
Jika menengok pula dengan Kidung Malat, bahwa pakaian yang dikenakan Inu Kertapati berwarna ungu dengan motif disebut Wirangrong. Bila dicek lebih lanjut motif tersebut mirip dengan motif kawung namun dipenuhi bunga di isen isennya serta utomonya pada ceplok bunga di tengah. Motif yang lebih mirip sebagai mandala yang merupakan motif suci dimana keindahan cinta pasangan itu adalah cinta yang suci dan penuh makna yang membahagiakan.
Batik Wirangrong Sebagai Ikon
Forum sarahasehan ini mendukung diangkatnya motif batik Wirangrong noleh Blitar baik kota maupun kabupaten. Merujuk pada kisah romantis simbol percintaan abadi antara Inu Kertapati dengan Candra Kirana, batik Wirangrong menjadi pas sebagai batik klasik yang dikenakan sebagai tradisi masyarakat Blitar maupun Jawa Timur, terutama dalam upacara pernikahan, ulang tahun pernikahan maunpun lamaran.
Dengan upaya ini, Batik motif Wirangwong berperan penting dalam pelestarian motif juga sekaligus sebagai pendokumentasian cerita epos wayang Panji yang juga telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia tentan ingatan kolektif (cerita tutur) yang harus terus dilestarikan.
Semangat berasama telah lahir dalam sarasehan ini, para peserta juga memberikan pendapat bahwa penting bagi pemerintah di Blitar Raya, atau pemerintah Provinsi jawa Timur bahkan pemerintah nasional melalui UPT Perpusnas Bung Karno untuk melakukan upaya serius dalam pengembangan motif batik Wirangrong ini.
Sarasehan yang diselenggarakan oleh Perpusnas Bung Karno bekerjasama dengan Gallery Dewa Dewi Rama Daya by ALIT Indonesia dan Patria wastra Blitar, berlangsung mulai pukul 15.00 hingga 17.00 WIB menjadi inspirasi bagi para peserta yang hadir. Letupan harap dapat membangun ajang kerjasama semua pihak untuk mewujudkan Batik Wirangrong yang penuh nilai dan makna yang memenuhi unsur motif fraktal tersebut.***