KALPATARA.ID- Desa Penglipuran adalah salah satu desa adat dari Kabupaten Bangli, Bali. Desa ini terkenal sebagai sustainable tourism untuk kategori pelestarian budaya. Kawasan adat yang masih kental dengan konsep Tri Hita Karana. Dan masyarakatnya yang masih menjalankan dan melestarikan budaya tradisional Bali dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Desa Penglipuran ini terletak di Kecamatan Kubu, Kabupaten Bangli yang jaraknya kurang lebih 45 km dari Kota Denpasar ke arah timur menuju Bukit Kintamani.
Ketika memasuki desa ini, kita akan disambut oleh pagar berukir dan patung khas Bali. Lalu ratusan rumah adat yang berjajar dan sebagian besar diantaranya terbuat dari bambu khas desa ini.
Ada sekitar 77 pekarangan, dimana setiap pekarangannya terdiri dari 2 rumah adat, dapur tradisional dan Balai Sakenem (tempat upacara) serta Sanggahan (tempat suci).
Sebagai kawasan adat, arsitektur bangunan dan pengolahan lahan, desa ini masih berpedoman pada konsep Tri Hita Karana, filosofi masyarakat Bali mengenai keseimbangan hubungan antara Tuhan, manusia dan lingkungannya.
Masyarakat desa ini berhasil membangun pariwisata yang menguntungkan seluruh masyarakatnya tanpa menghilangkan budaya dan tradisinya.
Asal-usul Desa Penglipuran
Desa Penglipuran dipercaya mulai berpenghuni pada zaman pemerintahan I Dewa Gede Putu Tangkeban III. Hampir seluruh warga desa ini percaya bahwa mereka berasal dari Desa Bayung Gede. Dahulu orang Bayung Gede adalah orang-orang yang ahli dalam kegiatan agama, adat dan pertahanan.
Karena kemampuannya, orang-orang Bayung Gede sering dipanggil ke Kerajaan Bangli. Namun, karena jaraknya yang cukup jauh,
Kerajaan Bangli akhirnya memberikan daerah sementara kepada orang Bayung Gede untuk beristirahat. Tempat beristirahat ini sering disebut sebagai Kubu Bayung.
Tempat inilah kemudian yang dipercaya sebagai desa yang mereka tempati sekarang. Mereka juga percaya bahwa inilah alasan yang menjelaskan kesamaan peraturan tradisional serta struktur bangunan antara desa Penglipuran dan desa Bayung Gede.
Setidaknya ada 2 persepssi yang diyakini oleh masyarakat desa tentang asal mula kata Desa Penglipuran. Persepsi pertama, Penglipuran berarti “pengeling pura” dengan “pengeling” berarti ingat dan “pura” berarti tempat leluhur.
Persepsi kedua, Penglipuran berasal dari kata “pelipur” yang berarti hibur dan “lipur” yang berarti ketidakbahagiaan. Maka, jika digabungkan maka penglipuran berarti tempat untuk penghiburan. Persepsi ini muncul karena Raja Bangli pada saat itu dikatakan sering mengunjungi desa ini untuk bermeditasi dan bersantai.