Matahari lenyap dari bumi, dilahap raksasa atau seorang dewa yang marah lalu mencuri matahari. Mitos-mitos itu berkeliaran seantero bumi hingga hari ini untuk menggambarkan fenomena gerhana. Intinya gerhana adalah peristiwa yang menakutkan. Apa sebabnya?
Di Indonesia, gerhana matahari dikaitkan dengan Batara Kala yang memakan matahari dan ternyata cerita serupa juga beredar di berbagai belahan dunia, baik gerhana bulan maupun gerhana matahari. Kita berkeliling lintas ruang dan waktu untuk menengok kembali mitos-mitos tersebut.
Baca juga: Gerhana Matahari Total, Komet Langka dan Hujan Meteor Paling Besar Warnai Langit Desember
Ulah si Hewan dalam Mitologi
Di Vietnam, orang percaya bahwa gerhana matahari disebabkan oleh katak raksasa yang melahap Matahari, sementara Viking menuduh serigala karena memakan Matahari.
Di Tiongkok kuno, naga langit dianggap memangsa Matahari, menyebabkan gerhana matahari. Sebenarnya, kata Cina tentang gerhana, chih atau shih, berarti makan.
Cerita rakyat Korea menawarkan penjelasan kuno lain untuk gerhana matahari. Gerhana matahari terjadi karena fire dog (bulgae) mencoba mencuri Matahari.
The Pomo, sekelompok penduduk asli yang tinggal di barat laut Amerika Serikat, menceritakan kisah beruang yang memulai perkelahian dengan Matahari dan menggigitnya. Bahkan, nama Pomo untuk gerhana matahari adalah Matahari digigit beruang.
Semua hewan di atas adalah merupakan hewan mitologi yang khas di budaya masing-masing. Menjadikannya sangat dekat dengan manusia yang hidup dalam kultur tersebut dan menjadi lekat dalam ingatan mereka.
Secara tradisional, orang-orang di banyak budaya berkumpul untuk menggedor panci dan wajan dan membuat suara keras selama gerhana matahari. Diperkirakan bahwa membuat suara membuat para pelahap ini takut yang menyebabkan gerhana pergi.
Kemarahan Dewa dan Siluman
Orang Yunani kuno percaya bahwa gerhana matahari adalah tanda dewa-dewa yang marah dan itu adalah awal dari bencana dan kehancuran.
Suku Tewa dari New Mexico di Amerika Serikat percaya bahwa gerhana matahari menandakan Matahari marah dan meninggalkan langit untuk pergi ke rumahnya di dunia bawah.
Menurut cerita rakyat Inuit, dewi Matahari Malina pergi setelah berkelahi dengan dewa Bulan Anningan. Gerhana matahari terjadi saat Anningan berhasil menyusul adiknya.
Di India, roh siluman Rahu mencuri dan memakan nektar keabadian tetapi dipenggal sebelum dia bisa menelannya. Kepalanya yang abadi terbang ke surga. Matahari dan Bulan telah memperingatkan para dewa tentang pencuriannya, jadi dia membalas dendam pada mereka: Ketika Rahu menelan bola, kita mengalami gerhana—tetapi bola itu kembali untuk dilihat karena Rahu tidak memiliki tubuh.
Sama seperti di Indonesia, Polynesia juga memercayai raksasa memakan Matahari, tetapi lidahnya terbakar saat melakukannya dan memuntahkannya.
Kemarahan dan aksi memakan matahari ini dari mitos-mitos di atas dikaitkan dengan sebuah kekuatan besar di atas manusia, sehingga manusia sendiri tidak memiliki kuasa untuk menolak. Bahkan menimbulkan rasa takut. Perasaan takut inilah yang dibangun dari mitos-mitos itu agar manusia menghindari dan tak melihat secara langsung.
Editor: Lisa Sastrajendra