KALPATARA.ID – “Jangan khawatir stok beras kita 2 juta ton, biasa normalnya 12.OOO ton. Mulai 1 September bulog mengeluarkan setiap bulan 210 ton bantuan pangan beras selama bulan September Oktober.” ujar presiden Jokowi pada wartawan usai meninjau gudang beras bulog.
Kekeringan panjang yang melanda beberapa daerah di Indonesia berdampak langsung pada pertanian nusantara. Hal ini mempengaruhi produksi pertanian dan berujung pada kenaikan harga beras di pasaran. Dan sudah bisa dipastikan kenaikan harga beras membuat masyarakat makin kelimpungan.
Dikutip dari situs resmi badan pangan dunia FAO bencana krisis pangan dalam laporannya mengungkapkan bahwa sekitar 193 juta orang di 53 negara atau wilayah mengalami kerawanan pangan akut pada tingkat krisis atau lebih buruk (IPC/CH Fase 3-5) pada tahun 2021. Dan kini kerawanan pangan akut terjadi di 22 negara. Beberapa negara seperti India dan Thailand bahkan telah menghentikan ekspor berasnya demi memenuhi kebutuhan beras dalam negerinya sendiri.
Meski kepastian stok beras nusantara aman sudah disampaikan langsung oleh Jokowi,tetapi segala kemungkinan dapat terjadi. Kemandirian pangan seharusnya bisa turut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok meski tanpa nasi.
Meski masyarakat Indonesia sangat bergantung pada makanan pokok nasi, tetapi kealpaan nasi di meja makan sebenarnya bisa disiasasti dengan pangan pokok alternatif lainnya. Sumber pangan pokok subtitusi nasi antara lain adalah sorgum, beras singkong, sagu, talas, maupun nasi jagung.
Nama-nama seperti sorgum, beras singkong dan nasi jagung sejatinya bukan nama asing di telinga. Banyak daerah di Indonesia yang menjadikan pangan lokal tersebut sebagai makanan pokok. Sorgum dan sagu populer di wilayah Indonesia timur. Selain karena merupakan pangan lokal setempat pertanian sorgum dan sagu cocok dengan faktor geografis lahan Indonesia timur yang minim curah hujan dan lahan pertanian dengan kadar air yang rendah.
Sementara beras singkong dan nasi jagung banyak ditemui di wilayah Indonesia barat dan masyarakat pulau Jawa. Masyarakat Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur mislanya memiliki kebiasaan membawa nasi jagung untuk dikonsumsi dengan beragam lauk pauk yang nikmat. Lain lagi dengan di Bali ada nasi ketela yang unik dan khas . Campuran beras dengan potongan dadu ubi biasa disantap sebagai upaya menekan konsumsi beras sehari-hari.
Ragam upaya mandiri pangan dengan pangan lokal bukan sesuatu yang baru. Tradisi nenek moyang bangsa Indonesia bahkan menurunkannya lewat tradisi-tradisi di setiap daerah. Hanya saja seiring perkembangan jaman, tradisi nenek moyang mulai ditinggalkan dan sosialisasi untuk makanan pokok kurang menggaung berbanding terbalik dengan arus deras akulturasi budaya termasuk gaya hidup kebaratan dengan mengkonsumsi fancy food.
Kekeringan panjang tak hanya melanda wilayah Indonesia. Beberapa negara juga tengah mengalami hal yang smaa. Cuaca ekstre m panas terik yang terjadi saat ini tak lepas dari adanya perubahan iklim dunia yang dipengaruhi berbagai masalah lingkungan.***