KALPATARA.ID-Pameran etnografika yang biasanya dilakukan di museum atau ruang komunitas budaya, dipatahkan oleh sebuah pameran bertema Laut Langit Lahan. Pameran ini mengetengahkan tradisi Suku Byak bersanding dengan brand-brand modern ternama.
Pameran etnografika “Laut Langit Lahan” dilaksanakan pada 8-14 Juli 2024 di BX Change Mall Bintaro. Pameran ini dikemas membawa benda-benda budaya dari museum berpindah ke mall. Sekaligus, membangun sebuah instalasi perahu tradisional sebagai wahana pamer.
Perahu Wairon, yang merupakan ikon kehidupan maritim dari suku Byak dihadirkan dalam bentuk desain pada gerbang masuk dan keluar pengunjung di loka pameran.
Dalam pameran ini juga dihadirkan benda-benda budaya suku Byak yang menjadi koleksi Museum Loka Budaya Universitas Cendrawasih.
Enrico Kondologit, kurator Museum Loka Budaya, menyatakan, “Suku Byak ditampilkan sebagai wakil dari Indonesia Timur yang memiliki budaya maritim tinggi. Banyak benda koleksi museum kami yang menunjukkan kehidupan maritim Suku Byak.”
Dalam pembukaan pameran pada 9 Juli 2024 itu, Enrico menjelaskan satu per satu benda budaya Suku Byak kepada para pengunjung umum maupun jajaran tamu kehormatan dari konferensi Nusantara Ocean Week.
Pameran etnografika ini memang menjadi salah satu bagian dari agenda Nusantara Ocean Week.
Patung korwar yang menjadi salah satu benda budaya suku Byak juga ikut dipamerkan, bersama dengan perlengkapan hidup, seperti bantal tidur, pengolahan pinang, dayung, jimat, hingga perlengkapan membuat peralatan besi.
Selain benda budaya, pameran ini juga menampilkan berbagai pengetahuan tradisional suku Byak, mulai dari astronomi, teknologi perahu, hingga ukiran.
Lisa Febriyanti, peneliti kebudayaan Byak dan juga kontributor dalam materi pameran mengungkapkan, “Tingginya kebudayaan maritim Suku Byak di masa lampau, didukung oleh pengetahuan astronomi yang juga kaya. Pemahaman mereka terhadap alam, mulai dari arah angin dan gelombang juga menjadi kekuatan dan keunggulan.
Penelitian Lisa di Biak, tentang astronomi tradisional menjadi cikal bakal tercetusnya ide penyelenggaraan pameran ini. Hasil penelitian ini ditangkap oleh Lembaga Suar Bahri Kultura yang kemudian dikembangkan dalam konsep pameran.
Bersanding Mesra, Tradisi dan Inovasi
Suar Bahri Kultura memadukan tradisi dan inovasi di dalam pameran Laut Langit Lahan. Selain pameran benda budaya dan pengetahuan tradisional, dalam pameran ini juga melibatkan Universitas Bina Nusantara jurusan DKV yang merespon kisah tradisi dan motif-motif etnik khas suku Byak menjadi bentuk-bentuk yang lebih kekinian.
Para mahasiswa diajak untuk bersama mempelajari berbagai kisah dan paparan kosmologi suku Byak oleh Lisa Febriyanti. Hasilnya, mereka menciptakan karya-karya inovatif yang diaplikasikan melalui berbagai media, mulai poster hingga kostum.
Lembaga-lembaga yang bergerak di bidang kemaritiman juga turut serta mengisi ruang pameran. Sehingga, wahana pamer yang didesain ibarat lambung kapal menyajikan keterhubungan antara tradisi masa lalu dengan aktivitas masa kini.