KALPATARA.ID- Manyipet merupakan olahraga tradisional masyarakat Dayak yang berada di Kalimantan Tengah.
Pada jaman dahulu, manyipet dikenal sebagai suatu keahlian yang wajib dimiliki oleh laki-laki masyarakat Dayak dan sering dilakukan untuk berburu di hutan atau berperang.
Sipet atau sumpit sebagai alat yang digunakan dalam manyipet ini, mempunyai kemampuan serang jarak jauh tanpa mengeluarkan bunyi.
Manyipet dalam Bahasa Indonesia disebut ‘menyumpit’. Permainan ini sudah dikenal secara turun temurun dari nenek moyang suku Dayak.
Sekarang manyipet lebih dikenal sebagai permainan dan olahraga tradisional masyarakat Dayak yang dilombakan setiap tahunnya di berbagai acara daerah, salah satunya adalah Festival Budaya Isen Mulang di Kalimantan Tengah setiap bulan Mei.
Permainan ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok dalam bentuk pertandingan.
Kedudukan Sipet dalam Kehidupan Dayak
Sipet adalah alat berburu dan alat perang khas masyarakat Dayak. Dalam lambang daerah kalimantan tengah juga disisipkan gambar sebuah sumpit. Karenanya sumpit memiliki kedudukan yang penting dalam kehidupan masyarakat Dayak zaman dulu.
Mandau, tameng, dan sipet merupakan seperangkat peralatan perang yang selalu dibawa para pendekar dayak kemanapun mereka pergi.
Sipet ini merupakan senjata yang paling ditakuti lawan karena mempunyai kemampuan serang jarak jauh, yaitu bebrapa puluh meter dan dapat dilancarkan tanpa mengeluarkan bunyi.
Sekilas tentang Manyipet
Untuk bisa melakukan olahraga tradisional ini, dibutuhkan kekuatan nafas dalam menggunakan alat penyumpit yang disebut sipet. Bahan sipet ini berasal dari kayu ulin hutan Kalimantan.
Biasanya sipet yang digunakan memiliki panjang yang berkisar 1-3 meter tergantung dari postur penyumpit, lalu bagian tengahnya dilubangi dengan teknik khusus oleh masyarakat Dayak.
Sipet yang umumnya digunakan oleh masyarakat Dayak bagian ujungnya terdapat tombak, namun dalam permainan keseharian bagian tersebut tidak digunakan.
Selain sipet, tentunya ada anak panah yang dalam bahasa setempat disebut damek. Yang terbuat dari bilah bambu, lidi aren ataupun sirap berdiameter 1 cm dan panjang 15 cm. Damek tersebut lantas diraut bagian ujung depan dan ujung pangkalnya dibentuk kerucut.
Ujung pangkal ini terbuat dari kayu yang digunakan sebagai pendorong dari nafas yang ditiupkan. Damek yang telah disiapkan biasanya disimpan di tempat khusus dari bambu yang disebut pelet.
Permainan manyipet biasanya dapat dilakukan secara perorangan atau beregu. Mula-mula, masukkan ujung damek (anak panah) yang diraut ke dalam sipet. Siapkan papan bidik, lalu tiupkan satu sisi dari pangkal damek dengan kuat, sampai damek tersebut meluncur terbang mengenai sasaran.
Dalam perlombaan, peserta menembakkan sejumlah damek ke sasaran baik dengan posisi jongkok maupun berdiri dalam waktu tertentu dan pemenang ditentukan dengan jumlah skor tertinggi.
Perkembangan dan Pelestarian Manyipet
Sebagai olahraga tradisional, sipet dimainkan juga sebagai hiburan. Senjata ini juga mengalami modifikasi agar lebih aman saat dimainkan, terutama bagi anak-anak.
Damek yang sebelumnya terbuat dari kulit enau dan berujung tajam dengan baluran racun, kini diganti dengan bulatan tanah liat yang lembek. Anak-anak pun kini bisa dengan aman memainkan permainan tradisional asal Kalimantan tersebut.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah terus mendorong pelestarian manyipet ini kepada semua kalangan. Mulai dari anak-anak sampai dewasa. Lomba-lomba Manyipet terus digalakkan, mulai dari tingkat sekolah, tingkat kabupaten. Bahkan sampai tingkat Provinsi Kalimantan Tengah.
Seperti pada Festival Budaya Isen Mulang Tahun 2023 yang lalu, diselenggarakan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah untuk memperingati Hari Jadi Kalimantan Tengah ke-66.
Berawal dari senjata yang mematikan, kini sipet beradaptasi dengan zaman untuk tetap lestari sebagai olahraga tradisional khas masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah.***