KALPATARA.ID- Ma’raga (A’raga) adalah permainan ketangkasan tradisional dengan menggunakan sejenis bola dari anyaman rotan, yang berasal dari Sulawesi Selatan.
Masyarakat Bugis biasa menyebutnya Maqraga (Ma’raga) atau dalam bahasa Makassar adalah Aqraga. Penamaan ini berasal dari jenis peralatan yang digunakan yaitu raga. Sejenis bola seperti yang dipergunakan dalam permainan sepak takraw, namun lebih tebal karena rotannya dianyam tiga lapis.
Sementara istilah raga itu sendiri bersumber dari makna dan fungsi permainan yang di dalam bahasa Bugis Makassar diistilahkan untuk siraga-raga yang artinya saling menghibur.
Jadi dalam permainan ketangkasan ini selain memadukan unsur olahraga dan seni khas Sulawesi Selatan, permainan ini juga sangat menghibur bagi para pemain dan penontonnya.
Sebagai khasanah tradisi Sulawesi Selatan, Ma’raga atau A’raga ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Nasional pada tahun 2016, dalam kategori keterampilan dan kemahiran kerajinan tradisional.
Asal usul dan perkembangan Ma’raga
Permainan ini sudah terkenal sebelum orang-orang Eropa memperkenalkan permainan Sepak Bola di Indonesia.
Menurut Walter Kaudern (Etnografer asal Swedia) dalam bukunya Ethnographical studies in Celebes menyebutkan bahwa permainan tradisional ini dibawa oleh pelaut-pelaut Bugis dari Sumatera, khususnya Pulau Nias.
Dalam salah satu cerita rakyat Makassar yang berjudul Datu Museng dan Maipa Deapati, menceritakan bahwa permainan raga atau Aqraga ini dimainkan oleh anak-anak bangsawan di Kerajaan Gowa dan Sumbawa.
Setelah Aqraga ini menyebar di kalangan luas, permainan ini dijadikan sebagai hiburan oleh masyarakat dan biasanya dimainkan disaat waktu senggang yang digunakan untuk menciptakan suasana senang bagi para pemain maupun orang yang menontonnya.
Seiring berjalannya waktu, saat ini Ma’raga digunakan sebagai atraksi hiburan untuk menjamu tamu dan memeriahkan sebuah perayaan. Bahkan permainan ini menjadi salah satu lomba dalam peringatan hari kemerdekaan.
Aturan Permainan
Untuk bermain Ma’raga dibutuhkan sejenis bola yang dalam bahasa setempat disebut dengan raga. Mirip bola dalam permainan sepak takraw, namun lebih tebal karena rotannya dianyam tiga lapis.
Jumlah pemain biasanya terdiri dari 5 sampai 15 orang pria usia remaja sampai dewasa, dengan berpakaian adat Passapu atau destar. Passapu yang digunakan adalah jenis Passapu Patonro yaitu destar yang berdiri tegak.