KALPATARA.ID-Di Indonesia, tahun baru Cina dikenal pula dengan sebutan Imlek. Ternyata sebutan mengandung makna pengetahuan yang menjadi inti dari perayaan tahun baru Cina.
Kata ‘imlek’ berasal dari bahasa Hokkian yang berarti ‘kalender lunar.’ Imlek (lafal Hokkian 阴历/陰曆, im-le̍k, Mandarin pinyin: yin li, yang artinya kalender bulan) atau Kalender Tionghoa adalah kalender lunisolar yang dibentuk dengan menggabungkan kalender bulan dan kalender matahari.
Bersama masyarakat Tionghoa di seluruh dunia, Tionghoa di Indonesia merayakan hari raya terpenting ini, yang dimulai pada bulan baru kedua setelah musim dingin, dengan penuh semangat. Selama perayaan, merupakan kebiasaan untuk saling menyapa dengan ‘Gong Xi Fa Chai,’ yang diterjemahkan sebagai ‘selamat karena menjadi kaya.’
Dalam Kalender Tionghoa hari pertama setiap bulan dimulai dari pukul 23:00 dan bukan pukul 00:00 tengah malam. Terdapat 12 bulan dalam 1 tahun, tetapi setiap 2 atau 3 tahun sekali terdapat bulan ganda (rùnyuè, 19 tahun 7 kali). Berselang satu kali jiéqì (musim) tahun matahari Tiongkok adalah setara dengan satu pemulaan matahari melewati titik balik matahari musim dingin (titik balik Capricorn selama bulan 11).
Penggunaan kata Imlek dalam penyebutan tahun baru Cina dalam hal ini merujuk pada perhitungan astronomi yaitu posisi bulan. Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chúxī (除夕) yang berarti “malam pergantian tahun”, yang momentum pergantiannya berdasarkan fase penampakan bulan.
Perayaan Imlek dilaksanakan selama 15 hari, berarti mulai dari bulan baru hingga purnama. Pada hari ke 15, dilanjutkan dengan festival lampion.
Sebagai perayaan tahun baru, saat ini Imlek banyak dirayakan bersama dengan keluarga. Dari sejarah perayaan tahun baru Cina ini dari waktu ke waktu terdapat perubahan makna. Yang sebelumnya merupakan ritual yang sakral yang mengingatkan tentang waktu dan komunikasi dengan luhur. Saat ini, Imlek juga mendapatkan tambahan fungsi sosial sebagai festival. ***