KALPATARA.ID – Secara umum biofuel merupakan bahan bakar dari biomassa yang berasal dari materi hewan maupun tumbuhan. Penggunaan biofuel merupakan upaya diversifikasi energi dalam proses transisi sumber energi fosil ke sumber Energi Baru Terbarukan (EBT)
Salah satu sumber materi biofuel selain tumbuhan di darat adalah rumput laut. Rumput laut mewakili salah satu sumber daya lautan yang menjanjikan dengan manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan yang sangat besar. Rumput laut bersifat non-lignoselulosa sehingga dianggap sebagai bahan baku biofuel generasi ketiga bersama dengan mikroalga.
Dikutip dari situs jurnal internasional MDPI, rumput laut merupakan bahan baku yang berkelanjutan untuk produksi biofuel. Rumput laut telah digunakan di banyak negara di seluruh dunia seperti Jerman dan Korea. Rumput laut sebagai biofuel menjadi alternatif pengganti bahan bakar fosil dengan memproduksi Bahan Bakar Nabati seperti bioetanol, bio oil, biobutanol maupun biogas.
Rumput laut dan alga mikro dapat memproduksi minyak 31 kali lebih banyak dibandingkan tumbuhan lainnya seperti tebu dan bunga matahari. Sebagaimana yang dilaporkan dari berbagai penelitian berkelanjutan Biofuel rumput Laut dianggap sangat menjanjikan menjadi sumber energi alternatif masa depan karena sifatnya yang renewable.
Potensi pemanfaatan rumput laut sebagai bahan baku biofuel tengah dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Sebagai negara eksportir rumput laut mentah di pasar global Indonesia memiliki potensi mengembangkan rumput laut menjadi energi baru bahan bakar minyak biofuel.
Kontribusi Indonesia dalam perdagangan rumput laut global tidak main-main, sekitar 16 % dari perdagangan rumput laut global dikuasai Indonesia. Pada tahun 2022 produksi rumput laut nasional mencapai 9,2 ton dengan potensi capaian sekitar 182 triliun melalui hilirisasi dengan nilai perdagangan rumput laut global sekitar 57 triliun.
Dalam upaya transisi energi pemerintah Indonesia telah berkomitmen mengupayakan penekanan terhadap energi fosil menuju energi baru terbarukan seperti biofuel. Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) telah melakukan kerjasama dengan pemerintah Korea Selatan melalui Korea Institute of Industrial Technology (KITECH) untuk mengembangkan bahan bakar nabati atau biofuel dari rumput laut.
Rumput laut merupakan bahan baku yang memiliki banyak keunggulan seperti ketersediaannya yang luas. Habitat rumput laut yang besar dapat menawarkan pasokan biomassa yang melimpah untuk digunakan dalam pembangkit listrik tenaga biogas.
Dilansir dari laman resmi kementrian pendidikan dan kebudayaan riset dan teknologi Republik Indonesia biofuel rumput laut merupakan sumber energi baru terbarukan yang pengolahannya cenderung lebih ramah lingkungan. Dibandingkan penggunaan asam basa yang dihasilkan energi fosil rumput laut lebih menekan polutan karena menggunakan oconic liquid sebagai penghidrolisis, dengan kandungan air 80%–90% yang menghasilkan biogas dan bioetanol.***