KALPATARA.ID-Ribuan bahasa asli di seluruh dunia, bahasa yang digunakan oleh penutur sejak abad pertengahan dilaporkan lebih dari separuhnya telah terancam punah. Padahal, bahasa yang kita gunakan menjadi ukuran keragaman manusia di seluruh dunia. Di dalam situasi krisis iklim dan pemanasan global, hilangnya bahasa merupakan krisis paling akut di dunia.
Dunia kita terus menyusut dalam hal keragaman dan perbedaan bahasa dan budaya yang dibawa oleh bahasa-bahasa tersebut. Sejak tahun 1950, jumlah bahasa asli yang digunakan di seluruh dunia terus menurun. Saat ini, suara lebih dari 7.000 bahasa bergema di seluruh planet kita setiap saat, namun sekitar 2.900 atau 41% diantaranya terancam punah. Berdasarkan tingkat kepunahan saat ini, sekitar 90% dari semua bahasa akan punah dalam 100 tahun mendatang.
Ethnologue, basis data yang mengumpulkan informasi mengenai bahasa di seluruh dunia menyatakan, hingga hari ini terdapat 7.168 bahasa dan lebih dari 40 persennya dinyatakan hampir punah, karena hanya digunakan tidak kurang dari 1000 penutur.
Sebagian besar bahasa yang terancam punah ditemukan di komunitas masyarakat adat, sehingga berisiko hilangnya budaya dan pengetahuan yang dikandungnya. Dengan laju yang terjadi saat ini, 90% bahasa di dunia bisa hilang dalam 100 tahun ke depan.
Dikutip dari Visual Capitalist, Wilayah Oseania menghadapi ancaman punah terbesar, dengan 733 bahasa terancam punah. Dengan populasi 8,8 juta jiwa, Papua Nugini adalah rumah bagi bahasa terbanyak di dunia. Namun, komunitas linguistik kecil hanya memiliki beberapa ratus orang yang berbicara dalam bahasa tersebut.
Di Afrika terdapat 428 spesies yang terancam punah, sebagian besar berada di sekitar garis khatulistiwa. Pengungsian, kekeringan, dan konflik adalah beberapa alasan utama bahasa berisiko terancam punah.
Di Amerika Utara dan Tengah, 222 bahasa terancam punah. Faktanya, 98% bahasa Pribumi di AS terancam punah, angka ini merupakan salah satu tingkat tertinggi di dunia.
The Language Conservancy (TLC) bahkan menyusun kronologi yang menginformasikan saat ini, 61% bahasa di seluruh dunia yang digunakan sebagai bahasa pertama pada tahun 1795 terancam atau punah. Meskipun pemerintah dan masyarakat di seluruh dunia semakin sadar akan krisis hilangnya bahasa, para pembuat kebijakan belum mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk membalikkan gelombang kepunahan bahasa yang akan datang.
Saat ini, 9 bahasa per tahun, atau satu bahasa setiap 40 hari, tidak lagi digunakan. Pada tahun 2080, jumlah tersebut akan meningkat menjadi 16 bahasa per tahun. Pada pertengahan abad mendatang, kita akan kehilangan warisan linguistik sebanyak 26 bahasa setiap tahunnya—satu bahasa setiap dua minggu. Jika kita tidak mengatasi masalah hilangnya bahasa, lebih dari separuh bahasa akan punah dalam 100 tahun mendatang.