KALPATARA.ID-Awal April lalu, Gedung Putih telah menugaskan NASA untuk menetapkan standar waktu untuk bulan, yang disebut Coordinated Lunar Time (LTC). Standar Waktu ini ditujukan untuk mengkoordinasikan aktivitas badan-badan internasional yang telah menerbangkan misinya ke bulan.
Penugasan ini disampaikan Gedung Putih secara resmi melalu memorandum bertanggal 2 April 2024. Sebagai respon dari European Space Agency (ESA) yang mengusulkan pembuatan referensi waktu umum di bulan.
Misi ke bulan dari baik dari lembaga resmi pemerintah dan perusahaan swasta diperkirakan akan meningkat pesat di tahun-tahun mendatang. Menurut Gedung Putih, tanpa kerangka acuan yang sama, kebingungan dapat terjadi, seperti ketidakkonsistenan pemetaan dan kesalahan navigasi.
Tim peneliti di Universitas Kansas meyakini bahwa keterlibatan manusia—termasuk lebih dari 100 interaksi pesawat ruang angkasa dengan satelit alami kita selama 64 tahun terakhir—menjadikan kita salah satu kekuatan paling dominan yang membentuk Bulan.
(Jurnal Nature Geoscience)
Gedung Putih memberi NASA waktu hingga akhir tahun 2026 untuk menerapkan sistem waktu untuk Bulan. Penetapan ini, sesuai dengan memorandum, memiliki beberapa poin yang, yaitu:
yang dikatakan harus memiliki empat kualitas: ketertelusuran logis ke Universal Coordinated Time (UTC) Bumi; akurasi yang cukup untuk mendukung navigasi dan sains yang presisi; ketahan terhadap hilangnya kontak dengan Bumi dan Skaalabilitas terhadap lingkungan luar angkasa di luar sistem Bumi, sehingga benda langit atau lingkungan luar angkasa lainnya juga dapat merujuk pada standar waktu ini.
Meskipun mensyaratkan rujukan waktu yang logis dengan bumi, namun zona Bulan bukan zona waktu seperti di Bumi, tapi keseluruhan kerangka acuan waktu untuk bulan. Karena gravitasi di bulan lebih kecil, waktu bergerak sedikit lebih cepat – 58,7 mikrodetik setiap hari – dibandingkan dengan di Bumi.
LTC antara lain diklaim akan memberikan tolok ukur ketepatan waktu untuk pesawat ruang angkasa dan satelit bulan. Hal ini karena memerlukan ketelitian ekstrim untuk misinya.
NASA merencanakan akan melakukan misi ke Bulan dengan Artemis II pada September 2025, dilanjutkan dengan Artemis III pada 2026. Artemis II akan membawa astronot perempuan pertama melakukan pendaratan di permukaan Bulan. Sedangkan Artemis III untuk pertama kalinya direncakan akan melakukan pendaratan di kutub Selatan Bulan.
Stasiun Luar Angkasa Internasional, yang berada di orbit rendah Bumi, akan terus menggunakan UTC. Namun di mana ruang-waktu Bulan yang akan dibuat ini tentu saja akan menjadi pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi NASA.
“Aspek mendasar dari alam semesta adalah bahwa waktu tidaklah mutlak. Jika Anda bepergian ke Bulan, jam Anda akan berdetak sedikit lebih cepat dibandingkan jika Anda tinggal di Bumi. Ini adalah konsekuensi dari Teori Relativitas Umum Einstein yang menyatakan bahwa gravitasi membengkokkan ruang dan waktu. Karena gravitasi di Bulan lebih sedikit, waktu berjalan sedikit lebih cepat dibandingkan waktu di Bumi,” kata Catherine Heymans, astronom kerajaan Skotlandia dan profesor astrofisika di Universitas Edinburgh, dikutip dari The Indian Express.
Bahkan, saat ini saja, akibat rotasi bumi yang berubah, waktu di Bumi sesuai dengan atomic clock menjadi bertambah cepat dan juga kadang melambat, sehingga memerlukan penyesuaian dengan detik kabisat, entah bagaimana nanti dengan Bulan?
Yang pasti, dominasi manusia di Bulan semakin nyata.***