KALPATARA.ID – Ngalokat cai atau ngawinkeun cai adalah salah satu ritus adat budaya khas Jawa Barat. Merupakan kearifan lokal berupa upacara adat yang ditujukan khusus untuk air.
Ngalokat Cai kerap dilakukan di berbagai daerah berbeda di Jawa Barat seperti Kuningan, Kabupaten Bandung, Cimahi, Cianjur, Bogor, Garut dan masih banyak lagi daerah aliran air lainnya.
Menurut Kamus Umum Basa Sunda (1975: 290), lokat (ngalokat) yaitu, nyoga barang batikan yang sudah kusam supaya jelas lagi (bengras deui). Nyoga di sini menggunakan soga yaitu, nama semacam cat untuk membatik.
Dalam kehidupan sekarang Ngalokat menjadi sebuah tradisi mengembalikan kembali kesemula atau
kesedia kala (membersihkan diri).
Sumber lain mengatakan, dalam bahasa sunda Ngalokat maksudnya mengawinkan beberapa sumber mata air. Hal ini nampak dari tradisi Ngalokat Cai yang mengumpulkan air dari 7 sumber yang berbeda. Adapula yang menerjemahkan sebagai membersihkan dan merapihkan sumber mata air.
Meski memiliki diterjemahan berbeda tetapi ritual ini memiliki tujuan yang sama yakni menghaturkan rasa syukur atas berlimpahnya air yang banyak memberi manfaat bagi kehidupan. Sekaligus memohon penjagaan dari bahaya air yang tak diinginkan seperti musibah banjir atau bencana air bah atau kelangkaan air.
Tujuan ritus adalah sebagai bentuk penghormatan terhadap para leluhur yang telah membangun dan menggagas sebuah situ atau bendungan sebagai salah satu bukti berlimpahnya air di Jawa Barat.
Selayak Pesta Perkawinan
Ngalokat cai atau ngawinken cai dimulai dengan iring-iringan penari yang membawa lodong atau bambu hijau berisi air. Puncak upacara adat ditandai dengan prosesi menggabungkan air dari tujuh sumber mata air berbeda yakni: Cai Gua Pawon, Cai Gunung Halimun, Cai Tarentong, Cai Cikubang, Cai Cisereuh, Cai Cidadap, Cai Angkrong.
Daerah yang masih melestarikan ritual Ngalokat Cai adalah desa Ciburuy, Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Dewan Kebudayaan Kota dan Pemerintah Kota Cimahi juga menghidupkan kembali tradisi Ngalokat Cai.
Upacara Ngalokat Cai dimulai dengan para penari membawa lodong atau bambu. Kemudia dilanjutkan dengan pencak silat sebagai penjagaan.
Di Ciburuy, Pemangku adat biasanya memimpin doa. Tarian persembahan menggabungkan air dari berbagai sumber. Dilanjutkan dengan melak tangkal atau menanam pohon dan dilanjutkan melak lauk atau melepaskan ikan ke Situ Ciburuy.
Dahulu ritual ini selalu diselenggarakan setahun sekali. Menurut beberapa sumber, biasanya dilakukan bersamaan dengan bulan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Perkawinan air dari 7 sumber ini telah diterima oleh masyarakat Sunda sebagai pengingat akan kelestarian air. Ngalokat Cai kekinian seperti layaknya pesta perkawinan air yang meriah.
Kini juga kerap dibarengi kirab air. Lewat doa dan ritual kirab diharapkan segala kotoran dan keburukan yang menempel di jiwa maupun pikiran akan sembuh dan hilang.***