KALPATARA.ID – Budaya minum the tidak hanya ada di negera sakura Jepang. Indonesia juga memiliki budaya minum the yang diwarisakn sejak jaman nenek moyang. Dalam budaya masyarakat tata pasundan terdapat budaya Nyaneut atau tradisi minum teh yang kini mulai langka ditemukan.
Tradisi Nyaneut adalah tardisi minum the yang dilakukan dengan menggunakan bambu dengan tata ritual tertentu. Tradisi nyaneut ini pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Gunung Jati pada masa penyebaran agama islam di nusantara. Pada masa penyebaran agama islam di Jawa Barat, Sunan Gung Jati selalu mengajak warga masyarakat untuk ‘nyandeut’ atau minum teh bersama sebelum memulai dakwahnya.
Tujuan dari Nyaneut adalah untuk menjalin keakraban diantara masyarakat. Kini masyrakat di beberapa daerah di Jawa Barat kembali menghidupkan tradisi Nyaneut yang mulai langka. Tujuannya adalah agar kearifan lokal yang diwariskan secara turun temurun tetap lestari dan terjaga.
Tradisi Nyaneut tidak sembarangan dilakukan. Sebagai tradisi minum the khas sunda nyaneut memiliki tata cara dalam proses berlangsungnya nyaneut. Dalam bentuk penyuguhannya teh nyaneut disuguhkan menggunakan teko dan cangkir yang terbuat dari bambu. Namun penggunaan bambu membuat the lebih cepat dingin sehingga da pula yang menggunakan poci bata merah.
Tradisi Nyaneut dilangsungkan pada saat malam bulan purnama di mata air yang dapat memantulkan cahaya bulan. Dalam prosesi nyaneut terlebih dahulu para peserta nyaneut akan memutar gelas searah jarum jam sebanyak dua kali. Aroma the kemudian dihirup dengan penuh hikmat sebanyak tiga kali.
Barulah teh akan diperbolehkan diminum dengan cara diseruput sebanyak empat kali. Dikutip dari berbagai literasi proses menikmati teh juga ada cara khususnya. Yakni the disimpan di ujung lidah, ke tengah lidah, ke pangkal lidah dan ditahan beberapa detik sebelum ditelan. Dengan suasana khusyuk dan hikmat prosesi nyaneut tersebut bertujuan menikmati the dengan tenang sambil memaknai suara alam sekitar.
Prosesi nyaneut demikian dipimpin oleh seorang yang dituakan atau dianggap memilki kharisma. Tradisi nyaneut tidak hanya menyuguhkan teh tetapi juga aneka hasil bumi seperti umbi-umbian. Masyarakat kemudian menikmati hiburan dan pertujukan.
Tradisi nyaneut menjadi ajang silaturahmi untuk mengeratkan rasa persaudaraan masyarakat juga berimbas pada kesejahteraan petani the setempat.***