KALPATARA.ID – Di Kalimantan Selatan khususnya suku Dayak Bidayuh terdapat sebuah ritual khusus yang sakral dan keramat yang dilakukan pada saat musim panen tiba. Ritual Nyobeng namanya.
Ritual Nyobeng adalah prosesi memandikan tengkorak yang dikeramatkan secara turun temurun dari sejak zaman leluhur suku Dayak.
Ritual Nyobeng menjadi perwujudan tanda syukur dan gembira atas hasil panen masyarakat dayak. Kata Nyobeng berasal dari kata “Nibakng”.
Tak hanya sebagai ungkapan syukur atas hasil panen tapi Nyobeng juga bermakna sebagai keberhasilan mengalahkan musuh.
Ritual membersihkan tengkorak ini menjadi sangat disakralkan karena dianggap sebagai harga diri dan diyakini sebagai pelindung desa. Masyarakat dayak menganggap tengkorak leluhur ini dapat membantu petani membasmi hama, mendatangkan hujan, menghalau penyakit dan menolak bala.
Selain itu juga Nyobeng menjadi sarana doa bagi petani di Dayak untuk meminta berkah keselamatan/perlindungan dari mara bahaya, dan kelimpahan rezeki/hasil panen di masa tanam berikutnya.
Dalam tradsisi Nyobeng akan ditandai dengan pemasangan janur di tempat Nyobeng akan dilakukan sebagai penanda.
Upacara diawali dengan penyambutan para tamu (sammah) kemudian tariyuh (teriakan) disertai letusan senjata khas lantak. Penyambutan tamu yang unik, dimana para tamu akan disambut dengan dilempar telur dengan cukup keras ke arah tubuh para tamu.
Tujuan dari pelemparan telur adalah memberikan semangat dan penghormatan. Pelemparan telur dilakukan oleh para wanita terhadap tujuh orang tamu. Menariknya bila telur yang dilemparkan pada tamu tidak pecah maka tamu tersebut dianggap masih ragu-ragu atau tidak sepenuh hati siap mengikuti ritual Nyobeng. Sebaliknya bila telur yang dilempar pecah di tubuh tamu maka tamu dianggap telah siap dan yakin mengikuti seluruh prosesi Nyobeng.
Kemudian para tamu yang digambarkan sebagai utusan yang pulang mengkayuh diberikan beras kuning yang akan dibaur dibawah mereka sebagai persembahan kepada roh halus leluhur dan beras putih ke bagian atas yang ditujukan kepada Tipa Iyakng (Sang Pencipta).
Ritual dilanjutkan dengan pemotongan anak anjing dan ayam sebagai tanda persembahan sesajian. Puncak ritual Nyobeng adalah dengan memandikan/menyucikan tengkorak dan benda pusaka dengan darah babi. Ritual ini begitu dinantikan oleh Suku Dayak karena bertani menjadi satu-satunya cara melestarikan kearifan lokal dan upaya utama mempertahankan kehidupan.
Pergeseran makna dimana dahulu Nyobeng adalah kemenangan atas musuh dengan tandanya mengayau/ memenggal kepala musuh, kini sedikit bergeser menjadi pesta kegembiraan atas hasil panen yang dilakukan setahun sekali.
Nyobeng juga memiliki nilai-nilai kedamaian dimana tradisi Nyobeng juga dilakukan untuk mendamaikan pihak-pihak yang tengah bertikai.***