KALPATARA.ID- Selain kuliner dan wisata, Rembang, Jawa Tengah memiliki olahraga tradisional yang mirip dengan gulat sumo di Jepang. Masyarakat Rembang menyebutnya dengan nama Pathol.
Pathol merupakan olahraga bertarung antara dua orang pria yang saling berhadapan dan berusaha saling mengunci lawan.
Pastinya, dalam olahraga ini pemain dilarang melepaskan pukulan maupun tendangan, sehingga murni bergulat di arena. Sampai salah satu diantara mereka benar-benar terkunci dan menyerah atau dinyatakan kalah. Jadi dalam pertandingan olahraga ini, yang dibutuhkan adalah kekuatan otot pemainnya.
Pemain Pathol ini bertelanjang dada dan di pinggang masing-masing dililitkan kain sarung atau tali dadhung untuk tempat pegangan lawan. Tidak ada matras dalam olahraga tradisional ini. Arena pertandingan dilakukan di tempat terbuka, biasanya diadakan di pantai.
Dalam pertandingannya, biasanya juga diiringi oleh pengrawit (penabuh gamelan). Yang akan memainkan alat-alat musik tradisional seperti kendang, kempul (gong kecil), lenong, bonang dan saron. Para pengrawit inilah yang akan mengiringi jalannya pertandingan.
Pathol Lahir di Masa Kerajaan Majapahit
Pathol dalam bahasa Sansekerta berarti ‘orang tak terkalahkan’. Olahraga tradisional khas Nusantara ini lahir pada era kerajaan Majapahit.
Yang awalnya merupakan acara sayembara untuk mencari kesatria terbaik yang bisa menjaga pelabuhan Tuban yang pada waktu itu ramai oleh perompak dan penyamun.
Selain itu, sejarah pathol juga berkaitan dengan Pangeran Santi Yoga yang merupakan putra ke 7 dari Empu Santi Badra dan Dewi Sukati.
Santri Badra, konon merupakan seorang pangeran dari Kerajaan Majapahit yang berasal dari trah Bre Lasem. Ia masih memiliki ikatan saudara dengan Raja Hayam Wuruk, yang merupakan raja keempat Kerajaan Majapahit
Semasa muda, Pangeran Santi Yoga membantu kakaknya, Pangeran Santi Puspa mengurus kapal-kapal yang ada di Pelabuhan Kiringan (pelabuhan militer). Pangeran Santi Yoga bertugas merekrut pasukan militer melalui metode Gulat Pathol. Dimana pemenang dari metode gulat ini akan masuk dinas kemiliteran yang berada di Lasem.
Pangeran Santi Yoga menjadi tokoh Gulat Pathol mulai dari pesisir Desa Punjulharjo, Kecamatan Rembang sampai dengan wilayah Kecamatan Sarang.
Berkembang Menjadi hiburan
Gulat Pathol yang masih lestari di Rembang, gerakan-gerakannya mulai dikembangkan oleh pemuda dan masyarakat setempat, khususnya di Kecamatan Sarang, Rembang.
Ada juga yang menyebutnya dengan Pathol Sarang, sebagai wilayah asal-usul olahraga tradisional ini.
Umumnya, olahraga tradisional ini digelar di pesisir pantai ini sering diselenggarakan setiap menjelang purnama atau pada hari-hari khusus misalnya bertepatan dengan upacara sedekah laut.
Dalam pemainan gulat ini, para peserta juga diawasi oleh wasit. Setiap ada satu pemain yang jatuh, maka permainan dihentikan sejenak. Masih diiringi tabuhan gamelan, juga terdengar tawa para penonton. Selain menjadi olahraga tradisional, Pathol juga menjadi hiburan bagi masyarakat setempat.
Bagi sebagian besar masyarakat Kabupaten Rembang, Pathol mungkin bukan sesuatu yang asing. Selain sebagai olahraga tradisional, namun sudah berkembang menjadi pertunjukkan kesenian.***