KALPATARA.ID/NUSANTARACODE– Pada pekan kedua Agustus 2023, Tim Roadshow Nusantara Code menginjakkan kaki di Ende, Nusa Tenggara Timur untuk menggelar pemutaran film dan menguatkan jejaring komunitas budaya untuk kedaulatan pangan.
Dalam roadshow di Ende ini, tim Nusantara Code berjejaring dengan komunitas Kampus Tanpa Dinding yang telah lama bergerak dalam kampanye dan aktivitas pemanfaatan pangan lokal melalui pengetahuan indigenous food system.
Agenda pemutaran film dilaksanakan dengan menggandeng pula Universitas Flores, yang merupakan salah satu universitas terbesar di Provinsi NTT dan Pulau Flores khususnya. Bertempat di Aula Fakultas Ekonomi Universitas Flores, pemutaran film Nusantara Code dilaksanakan pada 15 Agustus 2023.
Pemutaran film dihadiri oleh Wakil Rektor III Universitas Flores, tokoh adat dan agamawan dari Keuskupan Agung Ende, Tim Penggerak PKK Kabupaten Ende, Kepala Desa Ondorea Barat, Kepala Desa Tendarea, para petani dan mahasiswa, serta pelaku usaha yang menyajikan pangan lokal dengan bahan-bahan alami.
Wulansary, Program Director Nusantara Code menyampaikan tentang situasi krisis identitas budaya dan krisis iklim telah bertemu dalam satu titik yang menghadirkan ancaman pangan global di depan mata. “Nusantara Code adalah sebuah gerakan yang mengangkat gotong royong sebagai kekuatan. Roadshow ini adalah bagian dari penguatan jejaring budaya untuk kedaulatan pangan,” ujar Wulansary.
Film Nusantara Code yang dibawa oleh team ke berbagai daerah mengisahkan tentang penelusuran anak muda bernama Padi yang melakukan kodifikasi folklor Dewi Padi di berbagai wilayah. Melalui film ini, Nusantara Code mengingatkan kembali sekaligus mengkampanyekan pengetahuan tradisional yang ternyata jika ditelusuri lebih mendalam mengandung hal-hal yang sangat logis bagi praktik pertanian yang berkelanjutan.
“Ritual dan pranata pertanian yang banyak dianggap sebagai mengandung mitos, telah dibuktikan masih relevan digunakan hari ini sebagai solusi yang selaras alam,” imbuh Wulansary.
Ferdi dari Istana Sehat, yang hadir dalam pemutaran film memberikan respon atas dibangkitkannya kembali pengetahuan tradisional, “Anak muda sekarang memang harus digugah untuk bisa bangga pada pangan lokalnya.”
Ferdi menambahkan, “Kearifan lokal perlu dipertahankan, digali kembali yang sudah hilang, agar menjadi identitas yang mendasar, sebelum kita belajar tentang dunia global.”
Ende adalah wilayah yang telah lama menjadi muara budaya berbagai macam suku dan agama. Ende adalah rumah bagi keberagaman budaya dan kepercayaan. Dari runtutan sejarah, Ende mewarisi ragam kebudayaan yang kaya pengetahuan tradisi.
Dalam hal pangan, Ende adalah salah satu gambaran wilayah yang memiliki diversivikasi pangan yang kaya. Beras sebenarnya bukan pilihan utama. Dahulu, makanan pokok masyarakat adalah singkong, Uwi Ndota menjadi makanan khas Ende yang mampu bertahan di tengah lingkungan geografis bergunung dan bukit berlekuk-lekuk tajam dan jarang ditemukan lahan basah.
Selain singkong, wilayah Nusa Tenggara Timur juga merupakan lahan yang sesuai untuk penanaman sorgum. Senyampang dengan Road Map Sorgum 2024 yang telah ditetapkan Presiden Jokowi, maka tanah Ende merupakan salah satu tempat yang potensial untuk diversifikasi pangan dalam menghadapi krisis pangan global.
Akibat penyeragaman pangan dengan swasembada beras menyebabkan pangan lokal utama banyak terpinggirkan. Beras tidak hanya dipandang sebagai makanan utama, tetapi menjadi sebuah gengsi apabila di rumah-rumah tersaji nasi dari beras.
Maria, perwakilan Tim Penggerak PKK menguatkan hal ini dengan menyatakan, “Hari ini metode bertani memang sudah bergeser. Banyak tradisi pertanian, termasuk produksi pangan lokal surut, kecuali di Lio.”
Nusantara Code lahir dari keprihatinan lunturnya budaya pertanian tradisi dan segera menghimpun gerakan ketika alarm tanda bahaya dari FAO menyatakan ancaman krisis pangan global telah di depan mata.
Selain pemutaran film, roadshow tim Nusantara Code juga menyelenggarakan workshop dan penguatan jaringan sesuai dengan napas gerakan, gotong royong. Di Ende, implementasi diversifikasi pangan yang berbasis pada indigenous food system yang telah dikumandangkan Komunitas Kampus Tanpa Dinding akan dikembangkan secara bersama-sama untuk mewujudkan kedaluatan pangan.
***