KALPATARA.ID- Purnama Kasanga atau bulan purnama yang muncul pada bulan sembilan menurut perhitungan kalendar Bali Saka.
Hari Purnama Kasanga dirayakan saat bulan penuh. Purnama atau kebhaktian yang penuh disimbolkan dengan full moon bulan yang penuh dan terang benderang.
Dalam filosofi Hindu, diyakini sasih kasanga (bulan kesembilan) dalam hitungan kalender Bali, merupakan masa tergelap dan puncak terkotor. Setiap malam yang ada pada sasih kasanga adalah malam yang sangat gelap.
Sehingga Purnama Kasanga merupakan sasih dengan masa gelap yang lebih panjang dibanding sasih lainnya.
Oleh karenanya bagi umat Hindu, purnama menjadi hari baik untuk memohon anugerah kecemerlangan hati dan pikiran. Yang diyakini akan memperoleh kerahayuan dan kerahajengan jagat.
Purnama dalam Lontar Sundarigama
Dalam lontar Sundarigama dikatakan bahwa Purnama merupakan payogan Sang Hyang Candra. Terkait purnama ini disebutkan:
“Mwah hana pareresiknira sang hyang rwa bhineda, makadi sang hyang surya candra, yatika nengken purnama mwang tilem, ring purnama sang hyang ulan mayoga, yan ring tilem sang hyang surya mayoga.”
Yang artinya: Ada lagi hari penyucian diri bagi Dewa Matahari dan Dewa Bulan yang juga disebut Sang Hyang Rwa Bhineda, yaitu saat Tilem dan Purnama.
Saat Purnama adalah payogan Sang Hyang Wulan (Candra), sedangkan saat Tilem Sang Hyang Surya yang beryoga.
Masih dari Lontar Sundarigama disebutkan jika Purnama adalah waktu terbaik untuk menyucikan diri secara lahir dan batin.
Saranan dalam Purnama Kasanga
Saranan atau sesuatu yang dianjurkan, khususnya saat Purnama Kesangan adalah canang wangi-wangi, canang yasa yang ditujukan kepada para dewa.
Sedangkan untuk pemujaannya bertempat di Sanggah dan Parahyangan, yang dilanjutkan dengan kegiatan memohon air suci yang biasa dilakukan umat Hindu usai bersembahyang.
Ketika Purnama juga baik digunakan untuk bersedekah dan ini disebutkan pada Sarasamuscaya, 170 yang berbunyi sebagai berikut ini:
“Amatsaryam budrih prahurdanam dharma ca samyamam, wasthitena nityam hi tyage tyasadyate subham. Nihan tang dana ling sang Pandita, ikang si haywa kimburu, Ikang si jenek ri kagawayaning dharmasadhana, apan yan langgeng ika, nitya katemwaning hayu, pada lawan phalaning tyagadana.”
Yang artinya: Yang disebut dana (sedekah) kata sang pandita, ialah sifat tidak dengki (iri hati), dan yang tahan berbuat kebajikan (dharma) sebab jika terus menerus begitu, senantiasa keselamatan akan diperolehnya, sama pahalanya dengan amal yang berlimpah-limpah.
Larangan Ketika Purnama
Adapun beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan ketika Purnama menurut Pustaka Pameda Smara saat Purnama dilarang melakukan hubungan suami istri.
Jika melakukan hal tersebut ketika Purnama atau rainan maka akan terkena malapetakan dari Sang Hyang Surya dan juga Sang Hyang Candra atas hal tersebut.
Purnama bagi umat Hindu diharapkan mampu membentengi dan menjaga diri agar tetap dalam kesadaran, kecemerlangan pikiran dan jiwa. Purnama juga merupakan hari penyucian diri secara lahir batin.***