KALPATARA.ID-Peristiwa Isra’ Mi’raj yang sakral dalam kehidupan religi umat Islam diperingati dengan berbagai cara di Indonesia. Perayaan dan peringatan peringatan Isra’ Mi’raj berbaur dengan kebudayaan lokal masing-masing tempat.
Kekayaan budaya Indonesia menunjukkan sifatnya yang inklusif dengan menerima dan beradaptasi dengan berbagai aktivitas, baik keagamaan maupun sosial lainnya. Salah satu peristiwa penting keagamaan yang juga dikemas dalam perayaan budaya adalah Isra’ Mi’raj.
Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa penting bagi umat Muslim. Nabi Muhammad SAW diperjalankan dari Mekkah, ke Palestina lalu ke Langit Sidratul Muntaha dalam waktu semalam. Pada peristiwa yang terjadi berikut dengan keajaiban yang melingkupinya, turunlah perintah shalat lima waktu.
Di masa sekarang, beberapa tradisi di Indonesia meneladani peristiwa tersebut. Inilah ragam tradisi peringatan Isra’ Mi’raj dari Yogya, Kebumen, Magelang dan Cirebon.
Rejeban Peksi Burak-DI Yogyakarta
Perhelatan Rejeban Paksi Burak merupakan rangkaian dari agenda Hajad Dalem Yasa Burak yang diselenggarakan oleh Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada perayaan Isra’ Mi’raj.
Disebut sebagai Rejeban karena momen ini diadakan pada bulan Rejeb. Kata Peksi berarti burung. Dan Burak merupakan ‘kendaraan’ yang mengantarkan Nabi Muhammad ke Sidratul Muntaha.
Dikutip dari laman Kraton Jogja, Peksi Burak dibuat menggunakan buah dan kulit jeruk bali. Kulit tersebut dibentuk dan diukir menyerupai badan, leher, kepala, dan sayap burung. Burung jantan diberi jengger (pial) untuk membedakannya dari burung betina.
Masing-masing Peksi Burak akan diletakkan di atas sebuah susuh, atau sarang, yang dirangkai dari daun kemuning sebagai tempat bertengger. Peksi Burak dan susuh ini diletakkan di bagian paling atas dari pohon buah, dengan disangga oleh ruas-ruas bambu.
Pohon buah dibuat dari tujuh macam buah lokal yang dirangkai pada sebuah anyaman bambu, sehingga menyerupai bentuk sebuah pohon.
Bilangan tujuh dalam bahasa Jawa disebut pitu. Pitu di sini dimaksudkan agar memperoleh pitulungan atau pertolongan, keselamatan, dan kesejahteraan. Sebagai sentuhan terakhir, pohon buah ini akan dililit dengan untaian bunga melati yang melambangkan kesucian.
Yasa Peksi Burak dilaksanakan sejak pagi hari dan dilaksanakan oleh para kerabat dan Abdi Dalem puteri. Permaisuri ataupun putri sulung sultan akan memimpin jalannya Yasa Peksi Burak.
Pekerjaan membuat Peksi Burak , miniatur pohon buah-buahan, merangkai bunga melati, dan kantil hanya boleh dilakukan oleh para kerabat dekat sultan (isteri pangeran, Wayah Dalem/cucu, dan Sentana Dalem/kerabat).
Peksi Burak akan dibawa melewati halaman tengah atau pelataran keraton, keluar melalui Regol Kamandungan Lor, melewati Jalan Rotowijayan. Rombongan kemudian menuju Masjid Gedhe yang berada di sisi barat Alun-Alun Utara Keraton Yogyakarta.
Sesampainya di Masjid Gedhe, Abdi Dalem Suranata yang bertugas akan menyerahkan Peksi Burak kepada Abdi Dalem Pengulon Masjid Gedhe.