KALPATARA.ID- Kain Tapis Lampung adalah wastra yang menjadi simbol kemegahan dari eksistensi suku Lampung khususnya pada perempuan, alam dan Sang Pencipta.
Kain Tapis Lampung ini dibuat tidak semata-mata sekadar memenuhi kebutuhan perlengkapan dalam berpakaian saja. Namun sebaliknya terselip pula karsa, cipta, dan rasa yang secara tidak langsung menunjukkan cerminan keselarasan jiwa dan alam lingkungannya.
Kain tapis dibuat dari benang katun dan benang emas. Benang katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas dan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kain tapis.
Sedangkan benang emas dipakai untuk membuat ragam hias pada tapis dengan sistem sulam.
Kain ini biasanya digunakan kaum perempuan sebagai penutup tubuh bagian bawah, dari pinggang hingga mata kaki.
Di masa sekarang, kain ini masih banyak digunakan oleh masyarakat Lampung. Selain itu, masyarakat pendatang juga banyak menggunakannya pada acara-acara adat seperti halnya upacara pernikahan.
Sebagai wastra kebanggaan masyarakat Lampung, kain Tapis telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia tahun 2010, untuk domain kemahiran dan kerajinan tradisional.
Jejak Sejarah Kain Tapis Lampung
Jejak sejarah kain Tapis Lampung berkembang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan Lampung. Jika dilihat dari motif-motif yang ada, sejarah tapis sudah ada sejak zaman Hindu sekitar abad ke 12-13 M. Bahkan diyakini sejak zaman Prasejarah.
Kain tapis diperkirakan sudah ada sejak abad ke-2 masehi. Di masa itu, masyarakat Lampung sudah memiliki kemampuan dalam hal menenun sebuah kain brokat atau nampan hingga kain pelepai.
Sejarawan asal Belanda, Van der Hoop menyebut kala itu kain brokat yang ditenun memiliki beragam motif namun memiliki kecenderungan sesuai dengan peradaban yang berkembang pada masa kain tapis itu dibuat.
Saat itu, kain-kain tapis ini dibuat dan ditujukan bagi para bangsawan Lampung. Baik lelaki maupun perempuan, namun kain tapis memang lebih didesain untuk kaum perempuan Lampung dengan berbagai motif yang indah seperti perahu (jung), rumah sesat hingga hewan seperti gajah.
Pengaruh Hindu-Buddha juga ada di dalam kain tapis. Sama dengan Islam yang masuk sesudah abad ke 15 M dan memperkaya unsur-unsur ragam hias tapis Lampung.
Unsur-unsur sebelumnya tidak dihilangkan, seperti motif segitiga dari periode prasejarah tetap ada pada ragam hias Hindu yang melambangkan Dewi Sri dan Dewi Kemakmuran.