Sebuah riset terbaru menyimpulkan bahwa anak-anak dan remaja mengalami risiko pada kesehatan mental dengan perubahan iklim. Bahkan, risiko pskilopatologi ini terbentuk sejak masa pembuahan.
Dalam riset yang dilakukan oleh Francis Vergunst dari Universite de Montreal dan Helen L. Berry dari Macguarie University, menunjukkan bahwa perubahan iklim sudah mempengaruhi perkembangan psikologis anak-anak di seluruh dunia. Dimulai sebelum kelahiran hingga fase pertumbuhan, dan akan semakin berdampak seiring dengan pesatnya perubahan iklim.
Dengan gelombang panas, kebakaran hutan, dan banjir, dan berbagai bencana lingkungan lainnya, tahun 2021 mungkin menjadi tahun kita akhirnya sadar akan perubahan iklim. Menurut penilaian terbaru dari Panel Internasional tentang Perubahan Iklim, efek climate change sekarang “meluas, cepat, dan semakin intensif.” Banyak dampak yang tidak dapat diubah dan perubahan pada lautan, lapisan es, dan permukaan laut ini akan bertahan selama ribuan tahun ke depan.
Mata Rantai Sebab Akibat
Meskipun kesadaran tentang perubahan iklim dan kesehatan mental meningkat, sebagian besar perhatian difokuskan pada masalah kekhawatiran tentang perubahan iklim – kadang-kadang disebut “eco-anxiety” . Sementara masalah kesehatan mental belum banyak mendapatkan perhatian. Padahal ini adalah sebuah mata rantai sebab akibat yang kompleks yang dimulai sebelum kelahiran dan akan muncul di fase pertumbuhan anak.
Pada bulan Agustus, UNICEF melaporkan bahwa separuh dari 2,2 miliar anak di dunia berada pada “risiko yang sangat tinggi” dari dampak perubahan iklim. Lebih dari 230 jurnal perawatan kesehatan sejak itu menerbitkan editorial bersama yang menyerukan tindakan segera untuk mengatasi “bahaya bencana bagi kesehatan” dari perubahan iklim.
Anak-anak dan Climate Change
Masa kanak-kanak adalah periode rentan bagi pertumbuhannya. Bahkan sebelum lahir, stresor lingkungan yang akut — seperti angin topan, kebakaran hutan, banjir, dan gelombang panas — dapat membuat ibu trauma secara fisik dan mental. Pengalaman-pengalaman ini dapat membahayakan janin yang sedang berkembang dan meningkatkan kerentanan penyakit bagi bayi yang belum lahir sepanjang hidup.
Sejak lahir hingga usia lima tahun, anak-anak sangat rentan terhadap penyakit menular, racun lingkungan, paparan panas, dan dehidrasi. Masalah kesehatan fisik dapat mempengaruri pertumbuhan kognisi dan bahasa, dan ini berakibat pada kerentanan kesehatan mental anak-anak.
Remaja dan Climate Change
Gelombang panas dapat mengganggu tidur, belajar, kinerja tes kognitif, dan tingkat kelulusan sekolah menengah. Faktor-faktor ini dapat menghambat transisi yang sehat ke masa dewasa dan merusak prospek sosial dan ekonomi jangka panjang.
Dengan kata lain, perubahan iklim atau climate change menciptakan risiko baru bagi anak-anak dan remaja karena dapat memicu serangkaian perubahan perkembangan abnormal, merusak pematangan psikologi yang sehat untuk hidup mereka selanjutnya.
Apa yang Harus Dilakukan?
Kesadaran mereka hidup dalam lingkungan bumi yang mengalami perubahan iklim, bumi yang tak lagi sama seperti yang bumi puluhan tahun lalu, budaya hidup baru paska pandemi, menjadi wacana penting untuk dibenamkan pada generasi produktif saat ini dan generasi di bawahnya. Pendidikan akan hidup dalam sebuah perubahan iklim, menyadari dampaknya sehingga membuat solusi-solusi baru sesuai kondisi terkini menjadi hal yang penting untuk terus disuarakan.
Tindakan cepat dan efektif berdasarkan pengetahuan yang memadai tentang perubahan iklim adalah investasi penting dalam kesehatan dan kesejahteraan generasi anak-anak saat ini dan masa depan di seluruh dunia.
Editor: Lisa Sastrajendra