KALPATARA.ID – Surak Ibra adalah seni pertunjukan silat khas Garut yang dimainkan oleh sekitar 40-100 orang pemuda pengan penuh sorak dan semangat.
Surak Ibra dikenal juga dengan nama Boboyongan Eson. Hal tersebut mengacu pada bentuk pertunjukannya yang memboyong salah seorang pesilat lalu diangkat setinggi-tingginya, lalu dilempar terbang dan ditangkap kembali.
Surak dalam bahasa sunda artinya bersorak. Sementara Ibra merupakan nama seorang ahli silat asli Garut yang disegani dan memiliki kharisma luar biasa. Pamor kesaktian dan ketangguhannya membuat namanya tersohor baik diantara keturunan maupun lawannya.
Dikutip dari situs Indonesiana, laman resmi Kementrian Pendidikan dan Kebuadayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Surak Ibra atau Boboyongan adalah ciptaan Raden Djajadiwangsa anak laki-laki dari Raden Wangsa Muhammad. Raden Djajadiwangsa juga dikenal dengan gelar Pangeran Papak yang wafat sekitar tahun 1955.
Surak Ibra lahir pada tahun 1910 di Kampung Sindangsari Desa Cinunuk Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut. Pada masa itu seni Surak Ibra tercipta sebagai sindiran terhadap pemerintahan kolonialisme Belanda yang semena-mena.
Simbol tersebut tercermin dalam sebuah ritual khas dimana salah seorang pemain silat akan diboyong dan diangkat beramai-ramai. Pemain Surak Ibra yang diboyong dan diangkat disimbolkan sebagai pemimpin yang menyatukan semua.
Pertunjukan Surak Ibra dimulai dengan sekelompok pemuda berpakaian sila dan membawa obor. Kemudian kelompok pesilat lainnya melakukan pertunjukan gerakan-gerakan silat dengan penuh semangat.
Salah satu dari mereka akan memberi komando dan memimpin setiap gerakan dan perubahan-perubahan formasi pesilat. Setelah formasi berbanjar formasi kemudian berubah melingkar. Pada saat ini seseorang yang telah ditunjuk untuk diangkat dan diboyong akan hadir ditengah-tengah.
Lingkaranpun akan merapat dan menyempit kemudian pesilat tersebut diangkat naik turun, kemudian dilempar setinggi-tingginya dan ditangkap kembali. Sepanjang pertunjukan para pesilat bersorak keras dan penuh semangat diiringi musik dan sorak sorai penonton. Pertunjukan silat tersebut semakin semarak dengan iringan pemain musik kendang pencak, dog-dog, angklung dan pembawa obor.
Seni pertunjukan Surak Ibra mengajarkan semangat gotong royong dan rasa kebersamaan sepenanggungan. Sesuai sejarahnya Surak Ibra tercipta sebagai pembakar semangat rakyat Garut dalam melawan pemerintahan kolonialisme Belanda.
Pertunjukan Surak Ibra tidak dapat dilepaskan dari seni bela diri khas Jawa Barat, Silat. Baik Silat maupun Surak Ibra keduanya merupakan warisan budaya tak benda (WBTB) yang telah ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia lewat kementrian pendidikan dan kebudayaan. ***