KALPATARA.ID – Bila masyarakat Tionghoa memiliki festival lampion dan ada festival dilwali di India, maka Indonesia juga memiliki festival lampunya sendiri. Tak kalah meriah dengan festival lampu dari kedua negara, Indonesia memiliki festival lampu yang berasal dari Gorontalo, Sulawesi Selatan.
Festival lampu khas Gorontalo ini bernama Tumbilo Tohe. Festival Tumbilotohe dikenal juga dengan nama festival seribu cahaya. Melansir laman resmi warisan budaya tak benda sejak tahun 2014 festival lampu Tumbilotohe telah menjadi warisan budaya tak benda dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI.
Ratusan lampu yang dipasang merupakan lampu damar atau disebut “tohetutu”. Sebagai tradisi turun temurun warisan nenek moyang, festival lampu Tumbilotohe memiliki nilai sejarah yang sakral. Tumbilo Tohe merupakan bagian dari proses penyebaran agama Islam di Nusantara, tentang bagaimana para leluhur berjuang mengalihkan pemahaman tradisi kepada aqidah Islam. Dahulunya Tumbilo berawal dari penerangan lampu yang terbuat dari ranting-ranting kayu kering yang diikat, dan dibakar ujungnya.
Pada masa itu lampu penerangan masih terbuat dari seludang yang dihaluskan lalu diruncingkan dan kemudian dibakar. Lampu dari seludang ini disebut wango. Kemudian lampu damar ini mulai berkembang dengan menggunakan tohetutu.
Tohetutu merupakan semacam getah padat yang akan membuat api menyala cukup lama ketika dibakar.
Lampu damar dengan bahan bakar getah kembali dikembangkan dengan menggunakan sumbu yang terbuat dari kapas. Minyak yang digunakan adalah minyak kelapa. Sementara wadahnya menggunakan sejenis kerang yang disebut mika. Selain itu ada juga yang menggunakan pepaya yang dipotong dua yang biasa disebut padamala.
Dikutip dari situs Kemendag Gorontalo, konon tradisi Tumbilo Tohe telah berlangsung sejak abad XV. Setiap lampu dikaitkan kepada Alikusu atau kerangka hiasan tali yang terbuat dari daun kelapa muda. Kemudian di atas kerangka Alikusu digantung sejumlah pisang yang merupakan simbol kesejahteraan serta tebu yang menyimbolkan keramahan dan kemuliaan hati menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Kini festival Tumbilo Tohe telah banyak menggunakan lampu listrik dengan jumlah ribuan. Festival lampu Tumbilo Tohe hadir menjelang hari raya Idul fitri tiba, tepatnya di malam-malam ganjil yang diyakini sebagai malam Lailatul Qadar. Lewat penerangan dengan nyala api itu cahayanya digunakan untuk menerangi jalan setapak menuju rumah untuk shalat tarawih dan tadarus.***