KALPATARA.ID-Dinaungi Dewa Indra, kelahiran Wuku Kuningan mendapatkan anugerah keistimewaan. Karakter bawaan lahir yang istimewa ini turut berperan dalam proyeksi nasibnya. Seperti apakah istimewanya?
Menurut Kitab Pawukon, setiap kelahiran dalam kurun waktu wuku tertentu akan mendapatkan karakter bawaan lahir yang bisa menjadi proyeksi nasibnya. Demikian pula dengan Wuku Kuningan.
Nama Wuku Kuningan, diambil dari nama Raden Kuningan, yang merupakan anak ke sepuluh dari Dewi Sinta dan Prabu Watugunung.
Kelahiran Wuku Kuningan dinaungi oleh Batara Indra. Dalam pewayangan, Batara Indra adalah putera Batara Guru. Punya pengaruh di sebagian Jonggring Salaka, tempat tinggal Batara Guru yang disebut juga dengan Tinjomaya.
Dewa Indra atau Batara Indra Dari Berbagai Tinjauan
Batara Indra berkuasa memerintah segala dewa atas titah Batara Guru. Disamping itu Batara Indra juga menentukan hadiah-hadiah untuk para manusia yang telah berjasa kepada dewa.
Dalam kepercayaan Hindu, disebut sebagai Dewa Indra, juga banyak dikisahkan sebagai Dewa yang memiliki pengaruh besar. Ia diberi gelar dewa petir, dewa hujan, dewa segala makhluk, dewa perang. Dianugerahi sebagai Dewa-nya para dewa, raja surga, pemimpin para dewa, putra Brahma, dan banyak lagi sebutan untuknya sesuai dengan karakter yang dimilikinya.
Kajian Sugeng Riyanto yang dipublikasikan di Jurnal Berkala Arkeologi, memaparkan sosok Dewa Indra dari paparan tujuh karya sastra kuno. Jika ditarik kesamaannya dari penggambaran di karya-karya sastra tersebut, digambarkan Dewa Indra memiliki 3 aspek, yaitua: perang, menghidupkan orang mati dan menurunkan hujan.
Selain itu, karya-karya sastra tersebut juga semuanya menggambarkan, Dewa Indra menjadi penguasa para Dewa. Itulah yang menjadikan sosok ini istimewa.
Kelahiran Wuku Kuningan di Bawah Naungan Dewa Indra
Kelahiran Wuku Kuningan memiliki karakter bawaan yang menyerupai penggambaran sosok Batara pelindungnya.
Ia memiliki kepribadian luhur dan tertib dalam menjalani kehidupan. Selain itu, dalam melaksanakan pekerjaan, ia juga termasuk yang teliti dan berusaha untuk tidak melakukan kesalahan atau kesembronoan.
Tutur katanya di satu waktu bisa terlihat sangat halus. Namun, di kesempatan lain, jika situasi membutuhkannya bersikap tegas, ia bisa mengeluarkan kata-kata yang tajam.
Karakter bawaannya adalah seorang penyendiri. Lebih menyukai ketenangan, daripada pergi mencari keramaian.
Yang mengesankan, meskipun seorang penyendiri, kelahiran Wuku Kuningan, dapat beradaptasi jika berhadapan dengan orang lain dan bisa berkomunikasi yang lancar, bahkan seperti tidak pernah habis bahan pembicaraan.
Salah satu hal yang menjadi keunggulannya adalah kejeliannya dalam memandang dan menganalisis sesuatu hal atau peristiwa. Hal ini membuatnya jadi tempat bertanya banyak orang.
Dalam Kitab Pawukon, digambarkan Wuku Kuningan dengan berbagai simbol-simbolnya. Raden Kuningan, digambarkan menghadap Batara Indra.
Simbol pohonnya atau pohon Wijaya Kusuma. Pohon ini sering disimbolkan sebagai keberuntungan. Melihat bunga nya mekar menjadi hal yang langka, karena hanya mekar semalam saja. Di dalam Penanggalan Pawukon, pohon Wijaya Kusuma merupakan simbol proyeksi nasib yang diberkahi keselamatan.
Simbol burungnya adalah burung urang-urangan. Ada yang menyebut burung ini sebagai cekakak. Saat ini burung cekakak dilindungi keberadaannya. Akibat kicauan dan bulunya yang indah, burung ini sering jadi tangkapan bahkan santapan.
Karakter burung ini yang dijadikan simbol wuku Kuningan adalah, tidak menyukai didekati manusia. Hal ini menggambarkan karakter penyendiri kelahiran wuku Kuningan.
Gambar gedong yang tertutup merupakan simbol, kelahiran wuku Kuningan adalah pribadi yang pandai berhemat.
Keris yang sesuai untuk kelahiran Wuku Kuningan adalah Pandhawa, Rarasinduwa, Sempana Badhong, Semar Mesem, Semar Getak, Semar Tinandhu dan Brojol.***