KALPATARA.ID – Ada apa dengan Jepang? 24 Agustus 2023 menjadi lembar cerita baru yang mengerikan bagi lingkungan yang lestari di masa depan. Sekitar 1,25 juta ton limbah nuklir Fukushimnma di Jepang dibuang ke samudera Pasifik. Jumlah waste water tersebut akan dibuang selama 30 tahun dan diperkirakan akan berakhir di tahun 2051.
Berbagai negara berbondong-bondong mengkritisi kebijakan negara samurai tersebut. Di Indonesia sendiri warga pengguna media sosial bahkan menyuarakan reaksi bernada satir yang berbunyi ”ga pernah buang sampah sembarangan sekali buang sampah nuklir, satu dunia harus menanggung akibatnya”.
Pada 24 Agustus 2023 Sekitar 7800 meter kubik air limbah PLTN Fukushima digelontorkan ke laut. Air limbah nuklir yang dibuang merupakan hasil dari mendinginkan radioaktif PLTN Fukushima Daiichi yang rusak akibat tsunami 2011.
Akibat dari kontaminasi nuklir di laut tentu saja adalah banyaknya biota yang mati di laut Pasifik. Beragam mahluk hidup baik fauna maupun flora di laut Pasifik akan mengalami dampak paling besar.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Ketika limbah dikeluarkan mengikuti arus eurasio mengikuti pesisir Jepang dan masuk ke samudera Pasifik maka dapat diproyeksikan di tahun ke 10 limbah nuklir telah memasuki perairan Indonesia.
terdapat banyak senyawa kimia berbahaya di dalam nuklir. Salah satu kandungan zat berbahaya aktif yang terkandung dalam limbah nuklir adalah tritium. Tritium adalah senyawa yang bersifat radioaktif, yang merupakan isotop alami yang diperoleh dari molekul hidrogen. Tritium digunakan sebagai campuran bahan bakar nuklir untuk pembangkit listrik.
Konsentrasi Tritium yang tinggi dan persinggungan dengan air laut yang menguap dikhawatirkan akan menimbulkan hujan asam yang sangat berbahaya bagi kehidupan alam dan manusia. Dikutip dari laman peertechzpublications.com, disebutkan jika kerusakan terbesar akibat hujan asam terhadap tanah adalah efek pelarut. Dimana hujan asam dapat melarutkan dan membebaskan zat-zat beracun di dalam tanah dan menghilangkan nutrisi dan mineral yang berguna dari vegetasi.
Menurut berbagai riset yang dilakukan terhadap berbagai jenis tanaman pangan seperti padi, jagung hingga aneka tanaman palawija seperti tomat dan kedelai, seluruhnya mengalami penurunan kuantitas hasil panen hingga penurunan kualitas tanaman.
Meski banyak dikhawatirkan dampak buruknya bagi pertanian di masa depan, tetapi berbagai penelitian juga menunjukkan hujan asam mampu memberikan dampak baik lain yakni sebagai pupuk alami dan menetralkan tanah basa. Sebagai upaya mengurangi dampak buruk hujan asam bagi pertanian adalah dengan membudidayakan tanah sedari dini, caranya dengan penggunaan kapur.
Meski pemerintah Jepang meyakinkan bahwa pembuangan limbah nuklir ke laut lepas telah memenuhi standar proteksi radiasi bagi lingkungan maupun manusia, tetapi jaminan tersebut tidak serta merta membuat masyarakat dunia percaya termasuk Indonesia.
Sementara kepala badan pengawas energi atom perserikatan bangsa-bangsa (IAIE) telah memberikan persetujuan perihal pembuangan limbah nuklir ke laut dengan berbagai catatan.***