KALPATARA.ID – Lebaran hampir tiba dan tradisi mudik akan menjadi agenda rutin tahunan selama periode Lebaran. Peningkatan jumlah kendaraan umum dan pribadi di masa lebaran, membawa akibat juga peningkatan jejak karbon.
Laporan dari Kementerian Perhubungan, diperkirakan jumlah kendaraan yang akan meluncur mengikuti tradisi mudik akan mengalami peningkatan sebesar 5% di tahun 2023.
Jasa Marga juga memberikan peningkatan jumlah kendaraan yang diperkirakan melalui jalur bebas hambatan. Diperkirakan sekitar 2,21 juta kendaraan merambati gerbang-gerbang tol. Jumlah tersebut naik 2,8 persen bila dibandingkan dengan periode Lebaran 2022 sebanyak 2,15 juta dan naik 8,44 persen terhadap Lebaran 2019 sebanyak 2,04 juta.
Tingginya jumlah kendaraan yang akan melaju di perjalanan dalam jangka waktu lama ini akan berimbas pada kenaikan emisi karbon di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Institute for Essential Services Reform menyatakan bahwa kendaraan bermotor dijalankan satu kilometer menghasilkan 14,8 gram CO2, sementara menjalankan kendaraan bermotor lima jam akan menghasilkan 73,8 gram CO2, demikian seterusnya.
Penelitian lain yang dilakukan untuk menganalisa perbandingan jumlah pertambahan volume lalu lintas akan mengakibatkan bertambahnya emisi ke udara sehingga dapat dianggap menurunkan kualitas udara. Adanya perkembangan teknologi terbaru belum tentu dapat mengurangi jumlah emisi, karena kenaikan jumlah kendaraan bermotor yang tinggi dan jauhnya jarak perjalanan. Peningkatan jumlah kendaraan sebanding dengan peningkatan jejak karbon.
Kendaraan yang macet dapat meningkatkan jejak karbon karena mesin kendaraan yang berjalan terus-menerus menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) dan polutan lainnya. Hal ini dapat memberikan dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan manusia.
Selain jejak karbon dari kendaraan bermotor, aktivitas manusia dalam tradisi mudik juga memberikan angka peningkatan jejak karbon dalam hal konsumsi makanan dan minuman yang dihasilkan dari industri peternakan dan pertanian. Industri ini juga berkontribusi pada emisi gas rumah kaca, terutama melalui produksi daging dan susu.
Baca Juga: Majapahit dan Mataram Islam Wariskan Tradisi Mudik Indonesia
Selama liburan Lebaran, penggunaan peralatan elektronik selama perjalanan seperti smartphone, laptop, dan kamera dipastikan juga meningkat penggunaanya dan menimbulkan jejak karbon. Meskipun tidak sebesar penggunaan kendaraan atau transportasi umum, penggunaan peralatan elektronik juga dapat berkontribusi pada jejak karbon.
Di tengah situasi upaya Indonesia untuk menurunkan jejak karbon, aktivitas di tradisi mudik ini akan menjadi pekerjaan rumah baru untuk membayar kembali jejak karbon yang telah dihasilkan.
Tradisi tetap bisa dijalankan, namun di dalam kesadaran untuk tetap menjaga bumi tetap tinggal kita dengan memperhitungkan jejak karbon yang dihasilkan.