KALPATARA.ID – Pada ribuan tahun lalu, Suku Inca dan Aztec telah mengkonsumsi Algae. Hari ini para ilmuwan kembali mengkaji lebih dalam lagi pemanfaatan Algae sebagai super food untuk mengatasi ancaman krisis pangan.
Beragam jenis Algae yang ada hari ini telah dibuktikan menjadi sumber pangan bergizi yang dapat mengatasi masalah pangan ini. Efisiensi dalam pemanfaatan Algae sebagai pangan yang layak bagi manusia di tengah perubahan iklim yang mulai memporakporandakan sistem pertanian.
Ditambah lagi, Algae memiliki kemampuan untuk menyerap CO2 mendukung keberlanjutannya dengan membantu mengurangi jejak karbon dari produksinya.
Penelitian terbaru yang dirilis dari Journal Frointers in Nutrition di awal tahun 2023 menyatakan Algae memiliki kualitas yang diinginkan dari sumber makanan yang berkelanjutan karena mereka menghasilkan tinggi protein, lipid, dan karbohidrat yang dapat dicerna, dan kaya akan lemak esensial, asam, vitamin, dan mineral.
Algae adalah salah satu makhluk hidup yang sangat tua menghuni bumi. National Museum of Natural History merilis sebuah cerita tentang temuan Algae di sebuah fosil yang berusia tiga juta tahun.
Bukti awal penggunaan Algae untuk konsumsi ditemukan tumpukan sampah kuno sepanjang pantai Peru. Algae jenis Kelp ditemukan di Pampa dengan angka tahun 2500 tahun sebelum masehi.
Di Afrika, species lain dari cyonbateriium, spirulina plantesis, tumbuh subur di Danau Chad. Species ini dikumpulkan, dikeringkan dan dibuat saus.
Di Cina, temuan Algae sebagai makanan ada di buku puisi yang dibuat pada 800-600 tahun sebelum masehi.
Di Jepang, yang juga saat ini memiliki ragam makanan laut, memakan Algae sudah menjadi tradisi kuno. Algae ditemukan bersama dengan cangkang dan tulang ikan di situs yang ditengarai dari Periode Jomon (10.000-300 tahun sebelum masehi. Jepang memiliki banyak catatan tentang konsumsi Algae hingga penggunaan Algae sebagai pembayaran pajak.
Selanjutnya, apa itu sebenarnya Algae?…..