KALPATARA.ID– Hari Bhatara Sri merupakan salah satu hari yang dirayakan oleh umat Hindu, khususnya Hindu di Bali. Hari ini dirayakan setiap 210 hari sekali atau enam bulan sekali.
Hari ditentukan berdasarkan wuku yaitu Merakih yang bertemu dengan Saptawara Sukra (Jumat) dan Pancawara Umanis.
Peringatan Bhatara Sri ini menjadi perwujudan syukur kita kepada Yang Kuasa dalam manisfestasinya sebagai Ida Bhatara Sri Sedana atau Dewi Pemberi Rezeki serta keberuntungan.
Bhatara Sri dianggap sebagai dewa yang memiliki kekuatan besar dan kharismatik. Dewa Bhatara Sri atau Sang Hyang Rambut Kephala, dikenal sebagai dewa yang memegang peran penting dalam kehidupan masyarakat Bali.
Dalam kepercayaan masyarakat Bali, Bhatara Sri memegang peran penting sebagai penjaga alam semesta dan memimpin semua jenis makhluk hidup. Beliau juga memiliki tugas memelihara keseimbangan alam dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Kepercayaan akan Bhatara Sri sangat kuat di kalangan masyarakat Bali.
Bersumber dari Lontar
Pelaksanaan perayaan ini merujuk pada Lontar Sundarigama, yang berisikan tata cara pelaksanaan upacara agama, yang merupakan Sabda Bhatara Guru (Siwa) kepada para pendeta yang menjadi penasiahat raja.
Karenanya Sundarigama dipandang sebagai tradisi suci yang patut diwariskan secara turun-temurun dan patut disampaikan kepada setiap umat dan krama Bali. Agar wilayah tempat dilaksanakan upacara menjadi tentram dan kehidupan warga pun menjadi sejahtera.
Dalam Lontar Sundarigama disebutkan: “Merakih, Sukra Umanis pujawalin Betara Rambut Sedana ngaran Sang Hyang Rambut Kephala”, yang memiliki arti Sukra Umanis Merakih merupakan hari pemujaan kehadapan Bhatara Rambut Sedana, atau beliau juga disebut sebagai Sang Hyang Rambut Kephala.
Lebih lanjut disebutkan untuk sarana upakaranya (banten) adalah sebagai berikut sebagai berikut.
“Widi-widanania suci, daksina, peras, penek, ajuman, sodaan putih kuning, astawakna ring Sang Hyang Rambut Sedana, kalingania pinujakna maring raganira, orta rejata, kenake, yatike pakerti ring sang Hyang Kala Mejaya”
Yang artinya: Upakaranya yaitu suci, daksina, peras, penek, ajuman, sodaan putih kuning. Banten ini dihaturkan kepada Sang Hyang Rambut Sedana dipuja melalui pralingga beliau, yang berujud perak, mas, uang, juga ditujukan kepada Sang Hyang Kamajaya.
Larangan dan Pantangan di Hari Bhatara Sri
Pada hari Bhatara Sri ini ada beberapa hal yang bisa dan tidak baik dilakukan seperti:
1. Kala Beser. Baik untuk menyadap tirta, mengasah taji, tombak. Tidak baik untuk membuat empangan/bendungan, berbicara yang sifatnya rahasia. (Alahing dewasa 4).
2. Kala Mina. Baik untuk membuat peralatan penangkap ikan, tombak, dan baik untuk menangkap ikan. (Alahing dewasa 3).
3. Kala Sor. Tidak baik untuk bekerja hubungannya dengan dengan tanah seperti membajak, bercocok tanam, membuat terowongan. (Alahing dewasa 3).
4. Rangda Tiga. Tidak baik melakukan upacara pawiwahan. (Alahing dewasa 3).
5. Pararasan: Aras Tuding, Pancasuda: Satria Wirang, Ekajalaresi: Luwih Bagia, Pratiti: Jati
Ritual Bhatara Sri sangat penting bagi umat Hindu dan biasanya dirayakan dengan sangat meriah. Ritual ini juga merupakan sarana bagi umat Hindu untuk berkumpul bersama dan memperkuat rasa kekeluargaan dan persaudaraan. Mereka biasanya akan makan bersama dan berbagi kisah dan pengalaman selama tahun yang lalu.***