KALPATARA.ID-Hari ini, Minggu (19/02) memasuki Wuku Marakeh. Wuku ini adalah wuku ke 18 dari 30 wuku di Penanggalan Pawukon. Bagi yang lahir di bawah naungan Wuku Marakeh, menurut perhitungan tradisi memiliki karakter pembawaan lahir. Apa saja itu?
Durasi wuku Marakeh di siklus wuku saat ini, jika dikonversikan dengan Masehi adalah 19 Februari sampai 25 Februari 2023. Penanggalan Pawukon digunakan untuk penanda waktu sekaligus menandai karakter dan sifat seseorang.
Siklus wuku tidak bisa disamakan dengan penanggalan masehi. Siklus wuku adalah 210 hari dan berganti setiap minggu. Di kalender Bali, selalu disisipkan wuku pada setiap minggunya.
Pawukon adalah penanggalan asli Indonesia dan mengandung sifat, karakter dan proyeksi nasib seseorang.
Baca Juga: Penanggalan Pawukon Asli Milik Indonesia
Di minggu ini, Wuku Marakeh (Jawa) atau Merakih (Bali) dinaungi oleh Dewa Suranggana. Dewa ini dalam cerita wayang memang erat kaitannya dengan Pawukon. Disebut sebagai Dewa Pawukon. Suranggana mengambil nama anak ke 16 dari Prabu Watugunung dan Dewi Sinta dalam Mite Watugunung.
Bagi yang lahir di Wuku Marakeh, memiliki sifat karakter sebagai berikut:
Menurut Primbon Jawa, Sifat dan perwatakannya ramah-tamah dalam pergaulan. Ia memiliki kelebihan bahagia senantiasa, karena selalu bersyukur atas anugerah yang didapat dalam hidupnya. Namun bencana yang mengancam kehidupannya datang ketika berada dalam perjalanan jauh karena tenggelam atau dianiaya orang.
Sedangkan menurut Wariga Bali, karakter kelahiran di Wuku Merakih adalah kuat ingatan, tawakal, merasa kasihan kepada orang miskin. Sanggup kerja dan berani menghadapi kesulitan. Selain itu, mudah mencapai kesenangan.
Di dalam manuskrip Pawukon digambarkan Raden Marakeh (kiri) menghadap Batara Surenggana. Pohonnya adalah pohon Trengguli, kurang bermanfaat. Tak mempunyai burung berarti tak baik dalam perjalanan jauh, tentu mendapat bahaya.
Baca Juga: Pawukon, Horoskop Tradisional Bisa Meramal Sifat dan Karakter
Di kalangan Tosan Aji, keris yang cocok untuk kelahiran Wuku Merakih adalah Sempana Kinjeng, Kebo Lajer, Pudhak Sategal, Putri Sinaroja, Campur Bawur dan Sadak.
Umbul-umbul terbalik menggambarkan cepat mendapat kehidupan yang menyenangkan. Gedhongnya (rumah/bangunan) ada di atas, senang menampakkan anugerah Allah.***