KALPATARA.ID-Jika di kalender Masehi bulan Februari diramaikan dengan perayaan hari kasih sayang, di tahun ini, sesuai dengan penanggalan Bali, perayaan Tumpek Klurut, pengekalan kasih sayang antara manusia dengan Sang Pencipta, bertepatan juga jatuh di bulan Februari.
Hari Raya Tumpek merupakan salah satu hari yang penting bagi masyarakat Hindu Bali. Rahina Tumpek diiperingati dengan melaksanakan upacara sesuai dengan wuku yang sedang berjalan.
Hari Sabtu (18/2), Rahina Tumpek jatuh pada Wuku Klurut, karena itu disebut sebagai Tumpek Klurut. Bagaimana ini bisa disebut demikian? Dan juga sebagai hari Kasih Sayang?
Perhitungan Hari Raya Tumpek, berdasarkan pada pertemuan perhitungan Saptawara (Tujuh Hari: Radite, Soma, Anggara, Buda, Wrespasti, Sukra, Saniscara) dengan perhitungan Pancawara (Umanis, Paing, Pon, Wage, Kliwon). Tumpek adalah penyebutan untuk hari Saniscara Kliwon (Sabtu Kliwon). Kedua pertemuan wewaran (perhitungan hari) ini merupakan puncak dari Saptawara dan puncak dari Pancawara. Karena itu Hari Raya Tumpek mendapat tempat yang penting bagi Hindu Bali.
Tumpek ditandai hadir dalam 35 hari sekali dalam penanggalan Bali. Dalam satu siklus Wuku (Pawukon), terdapat enam jenis Tumpek, yaitu; Tumpek Landep, Tumpek Wariga, Tumpek Kuningan, Tumpek Krulut, Tumpek Uye, dan Tumpek Wayang.
Hari Raya Tumpek identik dengan perayaan pemujaan aspek Ketuhanan sesuai dengan jenis Hari Raya Tumpek yang dilaksanakan. Tumpek Krulut dilaksanakan pada setiap hari Saniscara Kliwon Wuku Krulut.
Tumpek Krulut dikenal juga dengan Tumpek Lulut. Dalam Bahasa Bali Lulut memiliki makna jalinan. Lulut juga memiliki makna senang, gembira, dan suka cita. Karena arti kata inilah yang menyejajarkan peringatan Tumpek Klurut sebagai hari kasih sayang.
Tumpek Klurut yang dimaknai sebagai hari Kasih sayang ini merupakan pemaknaan yang pemunculannya baru belakangan ini, dikenal dengan masa Era Bali Baru. Menegaskan Era Bali Baru, tahun 2022, Gubernur Bali Wayan Koster menginisiasi Perayaan Rahina Tumpek Krulut dengan Upacara Jana Kerthi melalui Instruksi Gubernur Bali Nomor 08 Tahun 2022 tentang Perayaan Rahina Tumpek Krulut dengan Upacara Jana Kerthi Sebagai Pelaksanaan Tata-Titi Kehidupan Masyarakat Bali Berdasarkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi Dalam Bali Era Baru.
Terlepas dari instruksi gubernur, dalam ajaran Hindu Bali, kasih sayang merupakan implementasi dari filsafat Tat Twam Asi yang artinya, “Ia adalah engkau, engkau adalah Dia”, merupakan kesatuan antara manusia dengan penciptanya.
Kaitannya dengan persaudaraan, Filsafat Bali Vasudewa Kutumbakam yang berarti kita semua bersaudara juga menjadi landasan jalinan kasih sayang antara manusia dan sesamanya. Merupakan kesatuan yang sama serta harus bisa menjalin hubungan yang harmonis agar mewujudkan suatu kebahagiaan lahir batin
Umat Hindu Bali pada hari Tumpek Klurut memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Iswara. Di hari ini, mereka melakukan piodalan gong, memohon karunia “taksu” (kekuatan spiritual yang menjiwai) alat-alat musik seperti gong, gender, bajra, seruling dan lain-lain.***