KALPATARA.ID-Wairon, perahu tradisional milik Suku Byak, pernah menguasai wilayah perairan timur Indonesia yang sudah tidak banyak lagi berlayar dan terancam kepunahan, kini sedang dibangun kembali demi membangkitkan identitas kebaharian bangsa.
Program Wairon Melawan Punah adalah sebuah kerja kolaborasi dari komunitas dan lembaga budaya, akademisi dan tokoh adat suku Byak yang mengaktivasi gerakan penggalian dan pendokumentasian kembali pengetahuan tradisi, termasuk identitas bahari yang sudah mulai punah. Perahu Wairon merupakan salah satu objek kebudayaan yang saat ini masuk dalam taraf kepunahan.
Perahu Wairon yang tengah dibangun ini menggumpalkan masa lalu, masa kini dan harapan masa depan untuk menegakkan identitas sebagai bangsa bahari.
Seluruh proses pembangunan perahu mengikuti tradisi leluhur, mulai dari penebangan pohon yang melalui ritual. Pohon untuk perahu Wairon tidak boleh ditebang sembarangan di hutan, melainkan harus menggunakan pohon yang ada pemiliknya dan melakukan perjanjian izin dari pemilik.
Setelah ditebang, pohon langsung dibentuk sebagai badan perahu di lokasi yang sama. Orang Byak menyebut lokasi ini dengan Mamorekwan yang artinya tempat berkerikil tajam. Setelah badan perahu terbentuk, barulah dipindahkan ke tepi pantai yang disebut Yenban, artinya teluk. Di lokasi kedua inilah, ukiran mulai dikerjakan, termasuk ornamen-ornamen perahu lainnya.
Tergabung dalam konsorsium Byakologi, secara mandiri melakukan upaya membangun kembali perahu Wairon, juga melibatkan pelaku adat Byak, Dennes Koibur yang pernah melakukan pembangunan dan pelayaran Wairon hingga ke Papua Nugini tahun 2018, namun sayangnya perahu yang diberi nama Swandibru itu tidak pernah bisa kembali ke Biak karena hal teknis.
Di tahun 2024, upaya pembangunan kembali perahu diinisiasi sebagai laku perlawanan melawan kepunahan.
Lokasi pembuatan perahu yang ditetapkan di Raja Ampat, berlandaskan untaian sejarah migrasi Suku Byak ke Raja Ampat. Sebagian besar penduduk Raja Ampat adalah keturunan Suku Byak. Ketika di Pulau Biak, masih banyak yang (pernah) melihat Perahu Wairon, namun di Raja Ampat, pembangunan perahu Wairon adalah sebuah sejarah baru yang menjalin kembali keterhubungan mereka dengan warisan leluhur.
Program ini dilaksanakan pada Juni-Agustus 2024. Seluruh proses didokumentasikan dan akan disusun sebagai film dokumenter.
Khusus untuk pembuatan film dokumenter ini, melalui lembaga Gaharu Papua Mandiri telah mendapatkan fasilitasi dari Program Dana Indonesiana 2024 dalam kategori Dokumentasi Karya/Pengetahuan Maestro atau Objek Kebudayaan Rawan Punah.***