KALPATARA.ID– Harini Bambang Wahono atau lebih akrabnya disapa Eyang Harini adalah salah seorang sosok perempuan Indonesia inspiratif dan pahlawan lingkungan hidup. Ia berhasil memotivasi dan mengedukasi masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya di kawasan Banjarsari, Fatmawati, Jakarta Selatan menjadi kawasan asri di tengah-tengah bangunan beton di Jakarta.
Eyang Harini lahir di Solo, pada 25 November 1931. Ia bermigrasi ke Jakarta bersama suaminya pada tahun 1980.
Semasa hidupnya Eyang Harini Bambang berhasil memotivasi ibu-ibu di lingkungan RW untuk melaksanakan program PKK khususnya dalam hal kelestarian lingkungan hidup secara konsisten.
Sebagai pensiunan guru, ia mengembangkan pola edukasi pengelolaan sampah terpadu seperti bagaimana melakukan pemilahan sampah di sumber, membuat kompos, membuat kertas daur ulang, mengembangkan tanaman obat keluarga (TOGA).
Hasil kerja kerasnya ternyata membawa hasil yang menggembirakan, karena ia telah berhasil merubah perilaku warga dalam pola pembuangan sampah, sehingga hampir semua ibu-ibu di RW tersebut telah dapat menerapkan metode pengelolaan sampah reduce, reuse dan recycle.
Reduce dalam artian mengurangi segala sesuatu yang berpotensi menjadi sampah. Reuse, metode penggunaan kembali sampah yang masih bisa digunakan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya. Dan recycle, melakukan proses daur ulang sampah menjadi produk atau barang baru yang memiliki manfaat.
Sebagai seorang warga yang peduli lingkungan, ia telah membuktikan bahwa lansia tidak semuanya pasif namun juga masih ada yang produktif dalam artian beliau masih aktif membagikan ilmu-ilmu tentang lingkungan hidup ke masyarakat.
Menjadi Kawasan Percontohan
>Selain metode pengelolaan sampah, ia juga mengajarkan tentang pemilahan sampah organik dan anorganik yang meraih banyak penghargaan. Atas dasar kecintaannya terhadap lingkungan hidup, kawasan Banjarsari menjadi kawasan percontohan ramah lingkungan atas inisiatif UNESCO pada tahun 1996.
Pada tahun 1996 sampai dengan tahun 2003, Eyang Harini mendapat bantuan dari UNESCO untuk membagikan pengetahuan mengenai daur ulang sampah. Dan ia sendiri menjadi menjadi pelatih pengelolaan sampah secara terpadu yang juga merupakan program UNESCO.
Berkat perjuangan Eyang Harini, sejak saat itu Kampung Banjarsari menjadi sekolah dan laboratorium pengelolaan sampah terpadu bagi banyak pihak mulai dari anak-anak sekolah, aparat pemerintah daerah, tokoh masyarakat, anggota DPR/DPRD dari berbagai kota di Indonesia bahkan tamu dari mancanegara.
Sebagai bentuk penghormatan, UNESCO menerbitkan sebuah features dengan judul “The Green Experience of Banjarsari” tentang sosok Eyang Harini yang inspiratif. Dalam laporan UNESCO tahun 2005, Banjarsari juga dimunculkan sebagai Green Village di tengah kota Jakarta dan menjadi showcase dalam persampahan nasioanal.
Harini Bambang Wahono meninggal pada Mei tahun 2015 di usia 85 tahun. Sebagai sosok inspiratif, dedikasinya telah meninggalkan legacy yang sangat berharga bagi pelestarian lingkungan hidup.***