KALPATARA.ID – Bagi pelestari budaya tosan aji, peristiwa jamasan merupakan kegiatan yang masih ajeg dilaksanakan setidaknya setahun sekali.
Jamasan dalam bahasa Jawa bisa dimaknai mandi keramas. Sedang tosan aji atau sering disebut besi aji, adalah penyebutan pada berbagai varian senjata tajam hasil karya para Mpu dan pengrajin dalam tradisi budaya Jawa.
Berbagai varian senjata tajam yang dimaksud, antara lain: keris, tombak, pedang, kujang, kudi, patrem, badik dan berbagai senjata pusaka tradisional lain yang dibuat oleh para Mpu, Pande atau pengrajin.
Kegiatan jamasan merupakan proses membersihkan tosan aji untuk mencegah oksidasi yang dapat menimbulkan korosi terhadap bilah tosan aji.
Dalam tradisi budaya Jawa, proses jamasan tosan aji yang dikenal sebagai jamasan pusaka, umumnya dilakukan pada saat bulan Suro dalam kalender Jawa (Muharram dalam kalender Islam) sebagai bagian dari tradisi Suroan.
Menurut seorang penggiat budaya yang juga tokoh perkerisan Septian Andre Gunawan, “Dalam tradisi Suroan, jamasan pusaka merupakan bagian dari tradisi yang sudah sejak lama dilakukan di lingkungan Keraton, baik Surakarta maupun Yogyakarta.”
“Saat yang baik melakukan jamasan atau cuci pusaka untuk masyarakat di luar lingkungan keraton sebaiknya dilakukan setelah Keraton mengadakan jamasan suro dimulai sekitar H+7 setelah tanggal 1 Suro,” imbuhnya.
Septian Andre Gunawan yang di kalangan perkerisan kerap dipanggil mas Andre juga menambahkan bahwa hal tersebut dilakukan lebih karena untuk menghormati lingkungan keraton,