KALPATARA.ID – Sistem pertanian menggunakan vertikultur bambu memang belum sepopuler teknik menanam vertikultur menggunakan pipa paralon. Secara umum vertikultur adalah teknik bercocok tanam di lahan terbatas yang menggunakan metode bersusun atau bertingkat baik indoor maupun outdoor.
Vertikultur bambu sendiri merupakan teknik budidaya tanaman yang dilakukan secara bertingkat menggunakan bambu sebagai wadah utamanya. Teknik vertikultur bambu tidak hanya efektif untuk mengoptimalisasi lahan, tetapi juga memiliki relevansi terhadap aktifitas pertanian ramah lingkungan.
Vertikultur bambu dianggap lebih ramah alam karena media tidak terkontaminasi senyawa kimia yang berasal dari limbah plastik. Selain itu organisme alami yang terkandung dalam tanaman bambu mampu membantu proses perkembangbiakan tanaman. Vertikultur bambu juga mampu meningkatkan produksi berbagai tanaman sayuran yang lebih sehat.
Dalam proses penanaman dengan teknik vertikultur bambu media tanam dianggap sebagai hal utama yang akan mempengaruhi hasil produksi tanam. Media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman dalam teknik vertikutur bambu adalah tanah gambut, kompos yang terbuat dari abu dan dedaunan kering serta pupuk kandang.
Selain media tanaman yang menjadi perhatian utama, tahapan penyemaian tanaman juga dianggap sangat penting. Teknik vertilkultur menekankan fokus pada tanaman yang halus dan rentan terhadap faktor eksternal. Hal itu karena akan mempengaruhi proses pertumbuhan benih menjadi bibit tanaman sebelum dipindahkan ke lahan penanaman seperti pada penyemaian sayuran selada air, kangkung dan sawi.
Beberapa daerah di Indonesia telah menerapakan program budidaya pangan sehat menggunakan teknik vertikultur bambu. Seperti budidaya ragam sayuran organik menggunakan teknik vertikultur bambu yang menjadi salah satu program ekowisata buatan yang ada di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.
Dikutip dari situs Bertani.id teknik vertikultur pertama kali diperkenalkan oleh perusahaan benih di Swiss pada tahun 1944. Ide utama vertikal kultur bermula pada ide vertical garden yang kemudian meluas di Eropa. Konsep bertani vertikultur secara cepat berkembang dan dipraktekan ke seluruh dunia.
Ketika itu teknik bertani vertikultur disebarluaskan dengan mengusung konsep ketahanan pangan dari rumah tangga. Terbatasnya lahan di negara-negara maju dan berkembang dibarengi dengan kebutuhan pangan yang besar mendorong masyarakat global melakukan cocok tanam beragam pangan secara mandiri. Tanaman yang ditanampun disesuaikan dengan kebutuhan setiap rumah dan dilakukan di sekitar rumah dengan teknik vertikultur.***