KALPATARA.ID- Perusahaan material Circular Matters (Perusahaan asal Belgia) dan StoneCycling (Perusahaan asal Belanda) telah berhasil manfaatkan limbah tongkol jagung menjadi ubin yang ramah lingkungan, dan bahkan dapat terurai secara hayati.
Inovasi ubin CornWall ini merupakan jawaban dari inisiatif kedua perusahaan lintas negara tersebut dalam mengurangi limbah tongkol Jagung.
Sebagai tanaman konsumsi, jagung merupakan tanaman yang paling banyak ditanam di seantero dunia dengan limbahnya yang sangat melimpah.
Biasanya limbah tongkol jagung tetap berada di lahan dan membusuk atau dibakar sebagai biomassa untuk menghasilkan energi. Dalam kedua kasus tersebut, ada potensi pelepasan karbon yang tersimpan dalam serat. Dan tentunya akan mempengaruhi perubahan iklim dunia.
Circular Matters dan StoneCycling telah memproduksi ubin dengan sistem bongkar pasang yang mudah. Ubin yang terbongkar dapat mereka gunakan kembali atau dapat dikembalikan ke perusahaan itu. Yang selanjutnya, ubin tersebut dibersihkan dan daur ulang, sehingga produk bisa bertahan lama.
Cornwall sebagai produk inovatif ini dapat menjadi alternatif produk interior yang lebih ramah lingkungan daripada ubin keramik atau laminasi plastik.
Saat ini, produk CornWall tersedia dalam bentuk ubin dan lembaran. Bahan CornWall berasal dari lebih dari 99% sumber biologis terbarukan. Selain itu, pembuatannya pada suhu rendah dengan menggunakan sebagian besar tenaga surya. Bahkan, dalam produksinya mengeluarkan lebih sedikit karbon dioksida.
Proses Pengolahan Limbah Jagung Menjadi Ubin
Produk CornWall merupakan kolaborasi antara Circular Matters dan StoneCyling, dimana produksinya berlokasi di Antwerp, Belgia.
Dalam prosesnya, Circular Matters menggunakan proses pengepresan untuk membuat dinding yang dapat digunakan kembali dari tongkol jagung bekas.
Sebelum proses pengepresan, tim produksi Circulars Matters memanaskan inti organik tongkol jagung hingga sekitar 150 derajat Celcius.
Pemanasan ini mengaktifkan polimer dalam biomassa dan menciptakan ikatan yang kuat. Melalui proses pemanasan ini, produk Cornwall menjadi produk yang kokoh dan stabil.
Selain itu, proses ini menggunakan listrik dari panel surya yang terletak di atap fasilitas produksi.
Kini produk Cornwall yang dihasilkan memiliki satu tekstur, delapan warna, dan dua ukuran. Produk ubin ramah lingkungan ini memiliki lebih banyak tekstur yang rencananya akan mereka perkenalkan lebih luas.
Tak hanya bisa menyerap karbon dioksida selama produksinya, CornWall juga memiliki masa pakai yang berkelanjutan. Sebab, produknya dapat terurai secara hayati atau dapat daur ulang 100%.
Dukungan Teknologi
Teknologi di balik CornWall ditemukan oleh Circular Matters, adalah sebuah perusahaan rintisan yang berasal dari laboratorium di Universitas KU Leuven Belgia. Laboratorium dimana pendiri Pieter Dondeyne (CEO Circullar Matters) dan timnya menemukan cara mengolah tanaman untuk meningkatkan biopolimer alaminya dan menciptakan bahan yang tahan lama.
Tim inilah yang kemudian bermitra dengan StoneCycling untuk mengimplementasikannya menjadi produk Cornwall.
Teknologi yang digunakan cukup efisien, karena produksinya juga bisa dilakukan secara regional karena tidak memerlukan pabrik yang terlalu rumit untuk melakukannya.
Produk Cornwall bisa dibilang merupakan salah satu inovasi dunia ramah lingkungan yang berkontribusi memgurangi limbah tongkol jagung. Dan merupakan konsep ramah lingkungan yang komprehensif mulai dari pengolahan limbah, proses produksi sampai dengan pasca penggunaan. Sehingga produk ini mengandung nilai-nilai keberlanjutan.***