Seluruh dunia sedang melawan limbah plastik. Bahannya yang tidak bisa atau sulit terurai membuat plastik menjadi musuh lingkungan. Karena produksi plastik masih terus berjalan, cara terbaik saat ini adalah dengan menggunakan ulang atau mengolah limbah plastik menjadi barang baru yang bermanfaat. Inilah 5 rupa olahan limbah plastik dari berbagai negara.
1. Kertas Biodegradable, Cronology-Meksiko
“Kami memproduksi kertas ekologis yang dibuat dengan botol plastik daur ulang, kalsium karbonat dan batu. Kami tidak menggunakan air atau bahan kimia, seperti klorin. Kertas mineral lebih kuat dari kertas biasa. Anda tidak dapat mematahkannya dengan tangan, tahan air, fotodegradable dan hanya menyerap jumlah tinta yang diperlukan saat mencetak,” kata Ever Adrian Nava, salah satu pendiri Cronology, berlokasi di Ecatepec, di Negara Bagian Meksiko, tepat di utara Mexico City.
Untuk membuat satu ton kertas menggunakan teknologi dari Cronology menghemat hingga 20 pohon dan 56.000 liter air. Proses produksinya juga 15 persen lebih murah karena tidak memerlukan bahan kimia seperti
klorin.
Tujuan asli dari jenis kertas ini adalah mengurangi biaya produksi dan menghindari deforestasi, karena Meksiko saat ini memproduksi 700.000 ton kertas per tahun untuk memenuhi kebutuhan dari pasar lokal.
Baca Juga: 13 Cara Perpanjang Umur Baterai Ponsel
2. Bahan Bakar Minyak, Get Plastic- Indonesia
Mereka lebih memilih untuk melakukan down cycle terhadap sampah plastik dengan mendaur kembali sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui sebuah Inovasi mesin pyrolysis.
Inovasi yang dikembangkan sejak tahun 2014 hingga saat ini, telah menghasilkan 12 purwarupa dengan desain dan kinerja mesin yang lebih efektif dan efisien.
Di tahun 2020, gerakan ini bermetamorfosa menjadi Yayasan Get Plastic Indonesia dengan sebuah Visi besar yaitu membebaskan Indonesia dari permasalahan sampah plastik.
Misi utamanya, mengembangkan mesin pengolahan sampah plastik, melakukan edukasi dan pendampingan komunitas akar rumput.
Harapannya, masyarakat bisa mandiri dalam membangun management waste di daerahnya, sekaligus terus mengkampanyekan untuk bijak berplastik dengan semangat menjaga alam selaras budaya.
3. Sustainable Vegan Leather-Remeant-Israel
Dengan teknologi yang sedang dipatenkan, perusahaan rintisan Israel Remeant mengubah plastik sekali pakai menjadi lembaran kulit vegan yang berkelanjutan. Setiap lembaran menjadi unik, diproduksi dari sekumpulan produk limbah tertentu. Lapisan akhir pada potongan-potongan seperti permukaan marmer dan bubble wrap, hingga aluminium yang berkerut dan berkilau.
Teknologi ini mampu mendaur ulang beberapa plastik limbah yang paling sulit digunakan kembali, termasuk bubble wrap menjadi kain tahan lama yang ringan, tahan air, dan dapat dicuci.
Tim bersedia untuk menyesuaikan warna untuk klien. Remeant juga membuka opsi untuk produk daur ulang lainnya.
Remeant telah berproduksi selama empat tahun, dan produk mereka dapat digunakan untuk segala hal mulai dari proyek pelapis kulit hingga tas tangan, sepatu, pakaian, dan dekorasi interior.
Baca Juga: 5 Cara Praktik Zero Waste
4. Bricks, Gjenge Makers-Kenya
Bosan menunggu pemerintah memberikan solusi untuk masalah polusi plastik di Kenya, Nzambi Matee memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri. Pengusaha itu mendirikan pabrik bernama Gjenge Makers yang mendaur ulang sampah plastik menjadi batu bata yang lebih kuat dari beton.
Pabrik yang berbasis di Nairobi telah mengembangkan mesin prototipe yang mampu menghasilkan 1.500 batu bata setiap hari, terbuat dari campuran berbagai jenis plastik.
Matee mengumpulkan bahan limbah dari pabrik pengemasan secara gratis dan membayar plastik dari pendaur ulang lainnya.
Bekerja dengan kombinasi polietilena berdensitas tinggi yang digunakan dalam botol susu dan sampo, polietilena berdensitas rendah yang ditemukan dalam kantong sandwich dan sereal, dan polipropilena yang digunakan dalam tali dan ember, mesin pertama-tama mengaduk sampah plastik dengan pasir, lalu memanaskannya dan akhirnya memampatkannya menjadi batu bata.
Gjenge Makers telah berhasil mendaur ulang lebih dari 20 ton sampah plastik menjadi batu bata paving sejak tahun 2017, yang semuanya tersedia dalam berbagai warna.
Matee juga berencana untuk menambah lini produksi yang lebih besar yang dapat melipatgandakan kapasitas dan berharap untuk mencapai titik impas pada akhir tahun ini.
Baca Juga: Dua Perempuan ini Ubah Limbah Kerang Menjadi Pengganti Semen
5. Ubin Keramik dan Furniture, Shayna Ecounified-India
Shayna EcoUnified India Pvt. Ltd. berkomitmen untuk menjadi bagian dari gerakan peduli lingkungan dengan mengolah komposit plastik menjadi keramik lantai yang terjangkau oleh masyarakat.
Mereka memproduksi dua jenis paver tile dengan daya dukung beban 20 ton dan 40 ton. Dapat digunakan di balkon, kamar mandi, dan area permukaan lainnya yang tidak melebihi kapasitas berat.
Paras Saluja, Founder dan Direktor Shayna EcoUnified, mengaku harga ubin yang diproduksinya 10-15% lebih mahal daripada ubin tradisional dan alasan utamanya adalah bahwa bahan baku limbah plastik yang pada dasarnya bebas biaya, namun biaya terletak pada aktivitas untuk memperoleh, memisahkan, membersihkan, dan memproses.
Namun, dari perspektif jangka panjang, mereka lebih murah daripada ubin yang ada karena tidak terkikis atau retak setiap tahun dan menjadi produk plastik memiliki umur simpan yang sangat lama.
Ubin ramah lingkungan berkontribusi pada cara hidup masa depan yang berkelanjutan. Selain itu, Shayna juga membangun kembali struktur dengan menggunakan HDCP™ Eco-Sheets daur ulang seperti Eco-Park Bench, Tree Guard, tempat sampah, toilet portabel, Shelter Homes, dll. Mereka memanfaatkan dengan mengganti berton-ton sampah plastik dan memberikan bentuk baru pada produk bernilai tambah yang berkelanjutan.
Ubin anti-statis, antimikroba, tahan panas, dan anti-bakteri. Ubin yang rusak dapat digunakan kembali untuk membuat yang baru. Itulah yang dilakukan di Shayna Unified.
Baca Juga: Hamish Daud Ajak Daur Ulang Sampah Melalui Aplikasi Octopus
Tidak hanya di 5 negara ini saja, gerakan mengolah limbah plastik juga tumbuh subur di berbagai belahan dunia. Tunggu saja, Kalpatara akan menyajikan kisah inspirasi gerakan olah plastik dari wilayah lain di artikel-artikel selanjutnya.
Editor: Lisa Sastrajendra