KALPATARA.ID/NUSANTARACODE – Nusantara Code mengakhiri roadshow dan pemutaran film dokumenter di Bali pada 20 Agustus lalu.
Tabanan menjadi lokasi yang terakhir dikunjungi tim Nusantara Code dalam kaitan lawatan atau roadshow pemutaran film dokumenter tiga seri produksi Nusantara Code yang mengangkat tentang pertanian selaras alam dan berbasis budaya sebagai tawaran solusi menghadapi ancaman krisis pangan.
Nusantara Code menggandeng Komunitas Bhakti Ring Pertiwi (B-Riper) yang bergerak di wilayah Tabanan dan sekitarnya dalam rangka penguatan jejaring dan payung gerak bersama.
Pemutaran film dokumenter dilaksanakan di Kantor Desa Penebel, Tabanan dan dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, seperti jajaran Muspida, Dinas Pertanian, Kebudayaan dan para petani yang antusias mengikuti jalan cerita film Nusantara Code.
Wulansary, Program Director Nusantara Code menyapa para petani dan stakeholder pertanian berbasis budaya dengan mengingatkan tentang ancaman krisis pangan yang mengancam dunia. Bali, terhitung wilayah dengan tata pertanian tradisi yang lengkap. Hal ini adalah modal untuk mengembalikan kerusakan alam yang menjadi salah satu faktor ancaman krisis pangan.
Dalam sambutannya, Putu Partayasa, pelopor komunitas Bhakti Ring Pertiwi menyampaikan bahwa kelengkapan tradisi pertanian di Bali harus didukung oleh ekosistem alam yang terjaga, termasuk di dalamnya adalah perspektif tentang hewan-hewan yang terkait olah pertanian, termasuk menjaga air di sekitar lahan dan tempat tinggal.
Di dalam kehidupan tradisi Bali, telah terdapat ajaran menjaga keseimbangan alam. Filosofi Bali, Tri Hita Karana yang merupakan keselarasan dan keseimbangan Parahyangan, Pawongan dan Palemahan menjadi pegangan kuat masyarakat Bali dalam tiap sendi kehidupan.
Manifestasinya, di Bali juga terdapat Sad Kerthi, enam upaya menjaga keseimbangan alam semesta. Kerthi pertama mensyaratkan kesucian dan keseimbangan dalam diri (Jana Kerthi), Kerthi kedua menyebutkan keharmonisan antara manusia dengan sesama makhluk hidup lainnya (Jagad Kerthi).
Kerthi ketiga, melibatkan keharmonisan dengan pantai dan laut (Samudera Kerthi). Diikuti Kerthi keempat dengan menjaga pelestarian hutan dan pegunungan (Wana Kerthi).
Kerthi kelima menyebutkan tentang pelestarian sumber-sumber air dan sungai sebagai wujud keseimbangan hidup (Danu Kerthi). Sedangkan Kerthi keenam, meluruskan serta menjaga kesucian jiwa-jiwa yang telah meninggalkan dimensi materi (Atma Kerthi).
Wulansary juga menegaskan, “Leluhur kita telah merumuskan dan mengajarkan laku diri yang selaras dengan alam. Di tengah populasi dunia yang semakin membesar dan kerusakan alam yang sudah terjadi, sudah saatnya kita semua kembali menekuri alam dan berharmonisasi dengan alam melalui jalan budaya kita sendiri.”
Roadshow Budaya untuk Kedaulatan Pangan dijalankan oleh Nusantara Code untuk menjalin langkah bersama tujuh wilayah yang menjadi lokasi roadshow serta saling memberikan penguatan dalam kesadaran gotong royong dalam laku pertanian tradisi yang holistik dan ekologis.
Pemutaran film Nusantara Code diikuti dengan workshop dengan bahasan riset budaya, jurnalistik, wirausaha dan pertanian yang diikuti oleh anggota komunitas serta para petani. Workshop ini akan menjadi pegangan bagi para pelaku pertanian di Tabanan untuk selanjutnya melakukan implementasi pertanian selaras alam dengan visi kedaulatan pangan.
Komunitas Bhakti Ring Pertiwi menjadi penggerak di wilayah Bali dengan track record kegiatan yang telah berada di jalur yang sama dengan Nusantara Code.
Selain laku pertanian dan pelestarian lingkungan hidup, Bhakti Ring Pertiwi juga melakukan inovasi-inovasi berbasis selaras alam untuk menjaga produksi pertanian. Salah satunya adalah bio enzim tikus dengan prinsip menjaga ekosistem untuk antisipasi serangan tikus pada lahan pertanian.***