KALPATARA.ID – Perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, diperkirakan akan mengubah distribusi kopi secara global. Penelitian mengenai dampak perubahan iklim menyajikan data yang membuat pecinta kopi bersiap untuk mengalami perubahan kualitas dan harga.
Industri kopi diperkirakan akan mengalami gangguan pada kecocokan lahan untuk tanaman kopi, karena pengaruh perubahan iklim. Tak tanggung-tanggung pengurangan luas lahan ini bisa mencapai 50%.
Data ini pernah tersampaikan dalam penelitian yang dilakukan oleh para peneliti agrikultur Jerman pada tahun 2014 untuk jenis kopi arabica dan robusta.
Baru-baru ini para peneliti dari Australia mengamati dan membaca data produksi kopi sejak tahun 1998 hingga 2020 dari 12 negara produsen kopi dunia, termasuk Brazil, Uganda, Peru, Mexico, Amerika, Vietnam dan Indonesia, kemudian mengkoneksikannya dengan dampak-dampak perubahan iklim.
Dilansir dari PLOS Climate Journal, hasil penelitian ini menyampaikan data puluhan tahun, mulai 1998 hingga 2020, yang bisa menjadi forecasting akan pola budidaya kopi di dunia.
Secara garis besar, iklim mempengaruhi budidaya kopi dalam dua hal. Pertama, klimatologi lokal menentukan kesesuaian suatu wilayah untuk menanam kopi. Kisaran suhu tahunan optimal untuk menanam kopi biasanya antara 18°C dan 22°C (untuk Arabika), atau antara 22°C dan 28°C (untuk robusta).
Kedua adalah kehadiran El Nino yang menyumbangkan fluktuasi paling signifikan pada iklim dari tahun ke tahun di bumi.
Untuk mendapatkan hasil akurat para peneliti menggunakan ukuran 12 bahaya iklim, enam untuk setiap spesies kopi. Indikasi bahaya ditetapkan bukan hanya dengan melihat kondisi iklim yang ektrem terjadi tetapi juga pada ambang batas biofisik yang bisa diterima oleh tanaman kopi dan berpengaruh pada hasil panennya.
Dari 12 wilayah perkebunan kopi yang diteliti, tidak semuanya ada dalam posisi bahaya akibat dampak perubahan iklim dan pengaruh El Nino. Lahan kopi arabika di Tenggara Brazil dan Ethiopia termasuk yang tidak rentan pada bahaya iklim.
Di wilayah lain yang telah terbukti terdampak, menunjukkan tingkat bahaya semakin meningkat sejak tahun 1980. Peningkatan ini berisiko pada produksi kopi secara global.
Secara keseluruhan, perubahan iklim di masa depan menunjukkan bahwa produksi kopi berisiko mengalami guncangan sistemik sebagai akibat dari kondisi pertumbuhan yang kurang optimal. Dengan kondisi ini maka akan berpengaruh pada harga kopi.
Baca Juga: Berapa Sumbangan Jejak Karbon dari Penggunaan Handphone?
Sebagai informasi, pada tahun 2021, harga kopi dunia mencapai titik tertinggi baru dalam beberapa tahun. Brasil, penghasil kopi terbesar di dunia, mengalami kekeringan parah. Kekeringan merusak panen kopi tetapi tidak mengurangi dahaga dunia akan kopi. Karena permintaan meningkat, begitu pula harga.***