KALPATARA.ID-Senin (20/02), fase bulan memasuki bulan baru. Di Bali, fase bulan baru disebut sebagai tilem. Sesuai penanggalan Bali, bulan ini memasuki Sasih Kawolu.
Bagi masyarakat Hindu Bali, fase bulan menempati waktu yang penting, terutama saat tilem dan purnama. Kedua fase ini pun disebut sebagai rerahinan atau hari suci.
Menurut Lontar Sundarigama, lontar yang berisi tata cara pelaksanaan upacara, purnama dan tilem adalah sesucen terhadap Sang Hyang Rwabhineda, yaitu Sang Hyang Surya (matahari) dan Sang Hyang Ratih (bulan). Pada hari purnama, Sang Hyang Surya beryoga, sebaliknya saat tilem Sang Hyang Ratih beryoga.
Di hari purnama dan tilem, masih menurut Lontar Sundarigama, sepatutnya untuk menyucikan diri, menghaturkan wangi-wangi dan sesembahan canang, dengan air suci dan bunga-bunga yang harum.
‘Muah ana we utama parersikan nira Sanghyang Rwa Bhineda, makadi, Sanghyang Surya Candra, atita tunggal we ika Purnama mwang Tilem. Yan Purnama Sanghyang Wulan ayoga, yan ring Tilem Sanghyang Surya ayoga ring sumana ika, para purahita kabeh tekeng wang akawangannga sayogya ahening-hening jnana, ngaturang wangi-wangi, canang biasa ring sarwa Dewa pala keuannya ring sanggar, Parhyangan, matirtha gocara puspa wangi” (Lontar Sundarigama-Purnama & Tilem)
Seperti halnya Penanggalan Bali, beberapa penanggalan tradisional, seperti Suku Dayak juga menunggu fase bulan baru untuk memulai aktivitas yang berhubungan dengan perladangan.
Secara spiritual, sesuai dengan fase bulan, tilem, saat bulan baru, dimana langit tak berhias bulan, cahaya yang menyusut, maka demikianlah hati dan pikiran manusia. Dalam kegelapan dan meraba-raba tak menemui jejakan. Oleh karena itu, dalam “kegelapan” ini, diperlukan penyelarasan dengan alam semesta, berdiam dalam sembahyang serta menyucikan diri, agar “kegelapan” tidak diisi oleh hal yang merusak dan mengganggu kekuatan batin.
Baca Juga: Fly Me To The Moon, Artemis I Eksplorasi Bulan Kemungkinan untuk Buka Permukiman di Bulan
Dalam ilmu pengetahuan, fase bulan baru terjadi saat posisi bulan berada di antara matahari dan bumi. Cahaya matahari akan jatuh ke sisi bulan yang tak tampak dari bumi, sehingga bagi kita di bumi yang hadir adalah bagian yang tidak terkena cahaya matahari. Pada fase ini, bulan tak nampak di langit.
Bulan baru menandai awal waktu siklus bulan. Fase bulan baru atau new moon merupakan salah satu fase bulan dalam siklus sinodic bulan. Di dalam astronomi internasional, terdapat empat fase utama bulan, yaitu new moon, first quater, full moon dan last quarter.
Fase bulan juga memiliki dampak pada pasang surut air laut. Saat bumi, matahari dan bulan bertemu dalam satu titik, seperti saat bulan baru dan purnama, maka energi gravitasi ke bumi hadir dalam kuantitas yang paling besar. Dalam fase yang tilem, maupun purnama, bulan tetap menyumbangkan tarikan gravitasi kepada bumi.
Para ilmuwan terkait kelautan telah mengidentifikasi berbagai aktivitas penghuni laut yang menggunakan moon clock, sebagai penyelarasan dengan jumlah cahaya bulan yang ada pada malam tertentu.
Dalam pemaknaan yang lebih luas, fase bulan baru digunakan sesuai dengan penampakan bulan, yaitu sesuatu yang baru, new beginning, saat yang tepat untuk memulai sesuatu.***