KALPATARA.ID-Pengetahuan astronomi tradisional Suku Byak digali kembali oleh sekelompok peneliti. Dalam observasi mereka di lapangan, Suku Byak ternyata menyimpan warisan tradisi itu pada perahu tradisional yang disebut Wairon.
Suku Byak dikenal sebagai pelaut ulung di masa lampau. Dalam catatan sejarah kolonialisme di Indonesia, Belanda mengakui kegarangan Suku Byak di lautan. Bahkan, disebut sebagai The Pirate of Papua, bajak laut Papua. Ada pula yang menyebut mereka sebagai Viking-nya Indonesia.
Peneliti yang didukung oleh Program Hibah Kebudayaan Dana Indonesiana ini bertolak ke Byak untuk menggali pengetahuan astronomi tradisional yang dimiliki oleh Suku Byak. Dengan penguasaan lautan, Suku Byak memiliki pengetahuan yang erat kaitannya dengan perbintangan.
Dalam catatan de Bryun di awal 1900 an, Suku Byak telah mengenal 21 konstelasi bintang dan planet, yang dinamai sesuai bahasa lokal mereka. Pengetahuan astronomi ini digunakan sebagai navigasi dalam pelayaran dan pertanda musim.
Dalam penelusuran team peneliti, diketahui adalah perahu Wairon, yang menyimpan cerita panjang sejarah pengetahuan dan kepercayaan adat Suku Byak. Wairon adalah perahu tradisional yang digunakan untuk berdagang sekaligus berperang di era lampau.
Denis Koibur, narasumber peneliti dan pegiat budaya Byak menyampaikan, “Pengetahuan astronomi tersimpan dalam Wairon. Perahu ini ibarat buku untuk pelajari kehidupan Suku Byak termasuk astronomi.”
Perahu Wairon memiliki ukiran pada bagian-bagian kapal dan menuturkan tentang kepercayaan adat Suku Byak. Pada beberapa bagian haluan kapal dinamai sama seperti konstelasi bintang, seperti Snifer yang merujuk pada konstelasi Casiopea dan Apiam yang merujuk pada konstelasi Cepheus. Di bagian ujung haluan, berbentuk semacam antena yang digunakan untuk menandai posisi bintang, sehingga mampu menentukan arah.
Sayangnya, kekayaan pengetahuan ini hampir punah. Hanya beberapa orang saja yang ditemui team peneliti masih memegang pengetahuan tradisi ini. Kurangnya dokumentasi tertulis dan pewarisan secara lisan menjadi salah satu faktor menipisnya pengetahuan itu.
Perahu Wairon pun yang menjadi jati diri Suku Byak kini sudah tak ada lagi di dermaga. Denis Koibur, pada tahun 2016 berinisiatif membangun kembali perahu Wairon dan membawanya berlayar menyusuri Teluk Cendrawasih hingga ke Papua Nugini. Sayangnya, perahu itu masih belum bisa dikembalikan lagi ke suku pemiliknya. Masih tertambat di Port Moresby.
Sumber: Team Peneliti Astronomi Tradisional Suku Byak