KALPATARA.ID-Wuku Medangkungan adalah wuku ke dua puluh dari 30 wuku di Penanggalan Pawukon. Meskipun Raden Medangkungan adalah saudara kembar dari Raden Tambir, tetapi karakter lahir dan proyeksi nasib bisa berbeda.
Raden Tambir dan Medangkungan, secara urutan adalah anak ke 17 dan 18. Raden Tambir pelindungnya adalah Dewa Siwa, sedangkan Raden Medangkungan memiliki pelindung Dewa Basuki.
Kelahiran Wuku Medangkungan memiliki karakter sebagai sosial person. Kelihaiannya berkomunikasi membuatnya ia bisa menempatkan diri dan dikelilingi oleh banyak orang. Di antara teman-temannya, ia juga dikenal menjunjung tinggi pertemanan dan kebersamaan.
Ketika sudah menjadi temannya, jangan kaget jika ia bisa berbicara apa adanya tanpa ditutupi, bahkan cenderung suka memberikan pendapatnya tentang apa yang dilakukan atau apa yang dikenakan temannya, meskipun tanpa diminta.
Kekuatan kelahiran wuku Medangkungan ada pada keteguhan sikap. Jika ia sudah menetapkan sesuatu, ia tak mudah digoyah. Keputusan yang ia lakukan senantiasa dikeluarkan bersama dengan kemantapannya dalam melakukan keputusan itu. Tak gampang pula menoleh pada hal lain di luar dari yang ia tetapkan.
Karakter Wuku Medangkungan yang juga menyenangkan adalah ia pandai bersyukur atas segala sesuatu yang telah ia dapatkan. Salah satu bentuk syukurnya adalah, ia tak suka berhambur, ia lebih menjaga yang ia miliki dengan baik. Wuku ini termasuk yang tidak boros pula dalam hal keuangan. Karena ia pandai mengelola keuangan untuk keperluan yang semestinya saja. Mungkin karena pandai bersyukur inilah ia bisa menjaga kecukupan materinya.
Meskipun dikelilingi banyak orang dan pandai bicara, sebenarnya karakter lahir Wuku Medangkungan adalah suka menyendiri atau tempat yang ia sukai adalah di tempat yang sunyi dan hening. Di sinilah pula ia bisa lebih menikmati semua hal yang ia miliki, tanpa berbagi dengan orang lain.
Dalam penggambaran di kitab Pawukon, digambarkan simbol-simbol karakter Raden Medangkungan yang sedang menghadap Dewa Basuki, dewa yang dikenal memiliki kesetiaan dan keteguhan hati. Namun Basuki juga melambangkan keberhasilan dan kesuksesan, sehingga hal ini juga tak lepas dari karakter kelahiran Medangkungan yang juga senantiasa bangga atas keberhasilan yang raih.
Pohonnya adalah pohon plasa, yang biasanya tumbuh di pedesaan dan pegunungan. Pohon plasa atau butea monosperma dikenal juga sebagai flame of the forest, karena memiliki bunga berwarna api yang indah.
Dari berbagai penelitian, pohon plasa memiliki banyak manfaat, antara lain bunga dan getahnya sebagai pewarna alami, antifungi dan bakteri, mengatasi sakit perut serta gangguan hati dan daun mudanya jika ditumbuk bisa untuk mengatasi sengatan kalajengking.
Di Indonesia, pohon plasa jarang ditemui di kota, lebih banyak di pesisir dan pedesaan, sehingga simbol pohon ini juga seringkali dilambangkan sebagai keterbatasan wuku Medangkungan untuk bertumbuh yang tidak bisa serta merta di semua tempat.
Baca Juga: Pawukon, Horoskop Tradisional Bisa Meramal Sifat dan Karakter
Simbol burung dalam wuku Medangkungan adalah burung pelung. Burung ini suka berloncatan dan bermain di permukaan air. Burung ini menyimbolkan kehidupan yang sederhana dan kemudahan rezeki.
Simbol gedong di atas menunjukkan, karakter lahir Wuku Medangkungan suka memamerkan benda atau hal-hal yang ia miliki.
Keris yang cocok untuk wuku Medangkungan adalah Pandhawa, Carangsoka, Sabuk Tampar dan Sabuk Inten.***