KALPATARA.ID – Wuku Prangbakat adalah wuku ke 24 dari Penanggalan Pawukon. Diambil dari nama Raden Prangbakat, anak ke 22 dari Prabu Watugunung dan Dewi Sinta. Kelahirannya membawa karakter dan proyeksi nasib menurut Penanggalan Pawukon.
Raden Prangbakat adalah saudara kembar Raden Manahil yang menjadi wuku ke 23. Namun keduanya memiliki karakter yang berbeda, sesuai dengan Dewa atau Batara yang melindunginya.
Kelahiran wuku Prangbakat memiliki Batara Bisma sebagai pelindungnya. Batara pelindung memberikan pengaruh para karakter bawaan lahir.
Seperti Batara Bisma, kelahiran wuku Prangbakat berkarakter kuat dalam pendirian. Jika sudah memiliki keputusan, jangan harap mengubahnya dengan mudah. Bagi kelahiran wuku Prangbakat keputusan yang telah dibuatnya harus dipertanggungjawabkan sepenuh daya.
Dalam menjalankan keputusannya, kelahiran wuku Prangbakar dibekali kemampuan lahir sebagai orang yang cekatan dalam bekerja atau berkarya. Apapun pekerjaan yang sedang dilakukan, ia bisa diandalkan dalam hal kecekatannya.
Kekuatan dalam dirinya kadang akan menampilkan karakternya yang pemarah. Itu ia lakukan untuk mempertahankan apa yang ia telah tetapkan. Namun sebenarnya, dalam hal lain, kelahiran wuku Prangbakat adalah orang yang pemalu. Ia lebih suka tidak memamerkan apa-apa yang ia miliki.
Karena kecekatan dan keras kemauannya, kelahiran wuku Prangbakat selalu menyiapkan dirinya dalam posisi pemimpin. Ditambah lagi dengan keberanian dan kewaspadaan yang ia miliki, maka posisi sebagai pimpinan menjadi pas baginya. Ia cocok dengan hal-hal berbau keprajuritan dan bisa diandalkan dalam situasi konflik.
Dalam buku Pawukon koleksi Museum Radnya Pustaka menggambarkan simbol-simbol karakternya. Dalam buku tersebut, digambarkan Raden Prangbakat datang menghadap Batara Bisma, dimana kaki Batara Bisma tercelup dalam bokor air.
Gambaran ini merupakan simbol kemudahan rezeki yang mengiring kelahiran wuku Prangbakat. Ia memiliki segala kemudahan dalam hal mencari pundi-pundi rezeki serta umur yang panjang.
Pohon yang menjadi simbolnya adalah pohon tirisan. Yang disebut pohon tirisan adalah pohon kelapa. Ini merupakan gambaran tentang kesehatan, panjang usia dan hidupnya memiliki fungsi banyak bagi sesama.
Burung yang menjadi simbolnya adalah burung urang-urangan. Kita mengenal burung urang-urangan ini juga memiliki nama lain, yaitu burung raja udang atau burung cekakak. Jenis burung ini sekarang merupakan satwa yang dilindungi dan memiliki harga yang cukup mahal.
Burung cekakak sensitif terhadap kehadiran manusia. Meskipun kicauannya indah, ia lebih suka hinggap di dahan sendirian, tidak bersama yang lainnya. Ini merupakan simbolisasi dari sifat pemalu yang dibawa oleh kelahiran wuku Prangbakat.
Keris yang cocok untuk kelahiran wuku Prangbakat adalah Pandhawa, Sengkelat, Tebu Sauyun, Bethok, Kebo Teki dan Kebo Lajer.***