KALPATARA.ID- Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung miliki warisan budaya berupa olahraga tradisional yang bernama Paku Sugha.
Bagi masyarakat Lampung Barat, olahraga ini menumbuhkan kebersamaan dan kegembiraan selama pertandingan berlangsung.
Olahraga tradisional ini bisa dibilang mirip dengan olahraga bola voli. Namun yang membedakannya, dalam pertandingan, Paku Sugha ini menggunakan bola dari tanaman pakis dan injang atau sarung sebagai alat pemantulnya.
Paku Sugha dalam bahasa Lampung, Paku yang berarti tanaman paku atau pakis, sementara Sugha artinya berani. Oleh karenanya, olahraga ini menggambarkan keberanian dan semangat masyarakat Lampung pada umumnya.
Bola yang digunakan dalam olahraga tradisi ini dibuat dari tumbuhan pakis. Sementara untuk memantulkannya memakai kain sarung.
Lahir dari Wilayah Perkebunan
Pada awalnya, olahraga Paku Sugha dimainkan oleh masyarakat Lampung Barat, khususnya yang berada di Kecamatan Belalau sebagai sarana pelepas lelah seusai bekerja.
Biasanya masyarakat memainkan olahraga ini di sore hari, ketika mereka bekerja di kebun. Sebelum bermain mereka berkumpul di lapangan luas, kemudian barulah mereka memainkannya secara bergantian.
Sementara yang lainnya menjadi penonton yang mendukung pemain yang mereka unggulkan. Hampir sama dengan jenis pertandingan olahraga pada umumnya.
Namun dalam olahraga tradisional ini sangat jelas kebersamaan dan penuh kegembiraan.
Pertandingan Paku Sugha
Dalam memainkan olahraga Paku Sugha biasanya digunakan lapangan, baik yang berumput maupun yang berpasir.
Ukuran yang biasanya digunakan sebagai area pertandingan, mempunyai panjang 14 meter dengan lebar 7 meter. Sementara untuk net tingginya 2 meter. Dan biasanya tanda garis pembatas arena diberi garis.
Dalam setiap pertandingan, dibutuhkan 2 tim yang terdiri dari 2 pasangan, jadi untuk satu timnya berjumlah 4 orang.
Tim yang akan menang ialah tim yang sudah bisa mengumpulkan poin sebanyak 9 poin saat pertandingan berlangsung.
Peserta juga tidak boleh mengambil bola dengan cara ditangkap menggunakan tangan melainkan harus menggunakan alat bantu injang atau sarung.
Jika kedapatan peserta ada yang sengaja menangkap bola dengan tangan maka timnya akan mendapatkan sanksi yaitu tim lawan akan mendapatkan satu poin.
Dalam permainan ini, tim pemain hanya diperbolehkan mengoper rekan satu timnya sebanyak 1 kali.
Jadi masing-masing tim hanya diperbolehkan melakukan 2 sentuhan di area permainan mereka.
Selain itu juga para pesertanya hanya diperkenankan untuk menyundul bola jika keadaan mereka sedang terdesak.
Itulah keseruan olahraga tradisional di Lampung Barat, selain sebagai aktivitas olahraga, ternyata Paku Sugha menjadi pelepas lelah seusai bekerja. Selain unsur kompetisi, olahraga tradisional ini juga penuh kebersamaan dan kegembiraan antara pemain dan penontonnya.***