KALPATARA.ID – Akibat pemanasan global, arus laut dalam di sekitar Antartika yang telah relatif stabil selama ribuan tahun mengalami perubahan dan berpotensi mempengaruhi iklim planet dan ekosistem laut selama berabad-abad mendatang.
Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Nature memperlihatkan gejala perubahan itu baru-baru ini.
Air dingin yang tenggelam di dekat Antartika mendorong aliran terdalam dari jaringan arus yang membentang di seluruh lautan dunia, yang dikenal sebagai sirkulasi terbalik. Pembalikan membawa panas, karbon, oksigen, dan nutrisi ke seluruh dunia.
Pada gilirannya fenomena ini mempengaruhi iklim, permukaan laut dan produktivitas ekosistem laut. Hilangnya air laut yang kaya nutrisi di dekat permukaan dapat merusak perikanan, menurut penelitian tersebut.
Arus laut dalam ini tetap dalam keadaan yang relatif stabil selama ribuan tahun, tetapi dengan meningkatnya emisi gas rumah kaca dan mencairnya es Antartika, Antartika akan mengalami perlambatan dalam siklus arus dalamnya.
“Pemodelan kami menunjukkan bahwa jika emisi karbon global berlanjut pada tingkat saat ini, maka siklus arus dalam di Antartika akan melambat lebih dari 40% dalam 30 tahun ke depan – dan pada lintasan yang tampaknya menuju ketiadaan,” kata penulis utama studi Matthew England dari Universitas New South Wales di Australia.
Hal ini juga akan berdampak pada arus Samudra Atlantik di dekatnya, yang dikenal sebagai Atlantic Meridional Overturning Circulation, atau AMOC, yang mengangkut air asin hangat dari daerah tropis ke utara di permukaan samudra dan air dingin ke selatan di dasar samudra.
Arus ini termasuk Gulf Stream yang terkenal, yang memengaruhi pola cuaca di AS dan Eropa. “Masalah utama AMOC saat ini adalah lelehan air dari Greenland, yang memperlambat arus itu,” kata England kepada USA TODAY.
Baca Juga: Proses Pembalikan Kutub Magnetis Bumi 40 Mil Per Tahun, Akankah Kiamat Segera Terjadi?
Studi lain dalam beberapa tahun terakhir tentang AMOC membuat perbandingan dengan film bencana tahun 2004 yang tidak akurat secara ilmiah “The Day After Tomorrow”, yang menggunakan penghentian arus laut seperti itu sebagai premis film tersebut. Dalam sebuah studi tahun 2018, penulis mengatakan collapse nya arus dalam Atlantik setidaknya akan terjadi beberapa dekade lagi tetapi akan menjadi bencana.
“Saat Antartika mencair, lebih banyak air tawar mengalir ke lautan. Hal ini mengganggu tenggelamnya air dingin, asin, dan kaya oksigen ke dasar samudra”.
Secara khusus, lebih dari 250 triliun ton air dingin, asin, dan kaya oksigen itu tenggelam di dekat Antartika setiap tahun. Air ini kemudian menyebar ke utara dan membawa oksigen ke Samudera Hindia, Pasifik, dan Atlantik yang dalam. Perlambatan atau keruntuhan sirkulasi terbalik akan mengubah iklim dan lingkungan laut kita dan berpotensi tidak dapat diubah.***