Peringatan Hari Bahasa Ibu internasional diinspirasi oleh semangat kemerdekaan dan nasionalisme kebangsaan. Pada tahun 1999, UNESCO memperkenalkan perayaan bahasa ibu internasional. Dan pada tahun 2000, peringatan ini disebarkan ke seluruh dunia, sebagai pemuliaan keragaman bahasa.
Kemerdekaan Pakistan pada 14 Agustus 1947 melahirkan sebuah negara baru yang merdeka dari kolonialisme dan imperialisme Inggris. Namun kemerdekaan yang dicapai masih menyisakan masalah baru yang lebih besar.
Pakistan pada awalnya dibentuk oleh dua wilayah yang secara geografis dipisahkan oleh India. Pakistan Timur, yang saat ini dikenal sebagai Bangladesh, dan Pakistan Barat yang kemudian dikenal sebagai Pakistan.
Tidak hanya terpisah secara kewilayahan, namun keduanya juga memiliki Budaya dan Bahasa yang sangat berbeda satu sama lain.
Selang setahun kemudian, tahun 1948, Pemerintah Pakistan membuat kebijakan bahwa bahasa Urdu menjadi satu-satunya bahasa nasional Pakistan, meskipun sejatinya Bahasa Bengali atau Bangla lebih banyak digunakan sehari-hari, baik oleh mayoritas orang di Pakistan Timur maupun Pakistan Barat.
Mereka yang ada wilayah di Pakistan Timur kontan saja memprotes kebijakan tersebut. Sebagai mayoritas penduduk yang berasal dari Pakistan Timur, bahasa ibu yang mereka gunakan adalah Bangla.
Mereka menuntut agar Bangla setidaknya juga menjadi salah satu bahasa nasional, selain bahasa Urdu. Tuntutan itu disampaikan pertama kali oleh Dhirendranath Datta dari Pakistan Timur, di Majelis Konstituante Pakistan.
Seiring waktu, gerakan protes ini semakin membesar hingga pemerintah Pakistan merasa perlu mengambil tindakan represif dan opresif.
Di tengah pemberlakuan larangan pertemuan publik dan rapat umum, para mahasiswa Universitas Dhaka, dengan dukungan rakyat, justru menggelar rapat umum dan pertemuan besar-besaran.
Akibatnya, pada 21 Februari 1952, di tengah situasi unjuk rasa yang semakin memanas, polisi melepaskan tembakan ke arah para pengunjuk rasa.
Tercatat nama-nama: Abdus Salam, Abul Barkat, Rafiq Uddin Ahmed, Abdul Jabbar dan Shafiur Rahman yang menemui ajal di ujung peluru, dan ratusan orang lainnya terluka dalam insiden ini.
Kejadian ini merupakan peristiwa monumental yang langka dalam sejarah dunia, ketika sebuah gerakan massa dilakukan demi memperjuangkan Bahasa Ibu mereka bahkan hingga harus mengorbankan nyawa.
Oleh UNESCO, dalam Konperensi Umum yang diselenggarakannya pada November 1999, peristiwa tersebut diabadikan sebagai sebuah pesan global tentang pentingnya menjaga dan memelihara Bahasa Ibu sebagai identitas dari sebuah kaum dalam peri kehidupan yang berbhinneka.
UNESCO menjadikan tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional.
Pada 16 Mei 2007, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam resolusinya A/RES/61/266 menyerukan kepada Negara-negara Anggota “untuk mempromosikan pelestarian dan perlindungan semua bahasa yang digunakan oleh masyarakat di dunia.”
Majelis Umum memproklamirkan 2008 sebagai Tahun Bahasa Internasional, untuk mempromosikan persatuan dalam keragaman dan kesepemahaman internasional, melalui multibahasa dan multikulturalisme.
Oleh Majelis Umum PBB, UNESCO ditunjuk sebagai lembaga utama yang menggawangi agenda tersebut.
Dalam konteks Keindonesiaan, di tengah kebhinnekaan Bahasa dan Budaya yang sangat kaya, Sumpah Pemuda hadir menjadi tonggak sejarah bagaimana proses kebangsaan Indonesia terlahir sebagai sebuah kontrak sosial menjadi bangsa yang satu.
Pengakuan sebagai sebuah bangsa yang satu, secara paralel juga disertai dengan adanya pengakuan tentang Bahasa yang satu, Bahasa Indonesia.
Bagi Sumpah Pemuda, bahasa Indonesia bukan hanya merupakan identitas dari Bangsa Indonesia yang tinggal hidup menetap di wilayah tanah air Indonesia.
Bahasa Indonesia juga merupakan Bahasa Pemersatu dari begitu banyaknya kekayaan Bahasa daerah di seluruh Indonesia.
Bahasa Indonesia, meski berakar dari Bahasa Melayu, merupakan sebuah Bahasa baru –one new language– dari sebuah bangsa baru –one new nation– yang terlahir dari rahim peradaban Ibu Alam –Mother Nature– yang penuh welas asih.
Bahasa Indonesia adalah Bahasa Kasih dari sebuah bangsa yang ingin merdeka dari penjajahan dan penindasan neo-kolonialisme dan imperialime.
Sudahkah anda berbahasa kasih, Bahasa Indonesia?
Tulisan ini pernah dimuat sebagai Page Redaksional di tahun 2022. Diangkat kembali dengan beberapa penambahan