KALPATARA.ID – Membayar pajak adalah hal yang sudah biasa. Yang menjadi unik di Banjarnegara, membayar pajak disertai tradisi kirab. Lebih unik lagi pajak disimpan dalam pring pethuk.
Tak banyak orang tahu masyarakat daerah Banjarnegara biasa membayar pajak dengan cara adat yang disebut Pring Pethuk. Tradisi unik ini merupakan warisan budaya yang masih dilestarikan hingga kini.
Tradisi Pring Pethuk adalah tradisi membayar pajak bumi dan bangunan dengan cara menabung di batang bambu pethuk. Tradisi ini rupanya sudah berlangsung cukup lama.
Dikutip dari pernyataan Kepala Desa Pekandangan dalam laman DPRD Banjarnegara menyebutkan, tradisi ini diilhami dari sosok Mbah Tjipto dan Mbah Karyo warga Pekandangan yang sejak dulu menyimpan SPPT dan tabungannya di dalam bumbung bambu pethuk. Keduanya selalu menyimpan surat-surat berharga didalam bambu pethuk.
Menariknya berbagai dokumen penting tersebut telah disimpan sejak tahun 1952 dan masih bis aterbaca hingga kini karena tersimpan rapi didalam bambu petuk. Sementara masyarakat desa saat ini lebih menggunakan bambu petuk sebagai wadah tabungan untuk menyisihkan uang setiap harinya yang akan disetorkan untuk bayar pajak setahun sekali.
Pada hari yang sudah ditentukan untuk mengumpulkan pajak, masyarakat akan melakukan kirab atau festival Pring Petuk terlebih dahulu. Warga masyarakat yang mengikuti kirab menggunakan pakaian adat dan membawa bumbung bambu petuk serta pesan-pesan kepatuhan membayar pajak.
Tradisi ini kemudian dilestarikan dalam bentuk Festival Pring Pethuk dan diacarakan melalui gelaran kirab lengkap dengan pakaian adat.
Pehtuk adalah salah satu jenis tanaman bambu. Pring Petuk berbentuk tabung bambu yang memiliki dua tunas ranting yang saling bertemu. Tak sembarang bambu yang digunakan dalam tradisi Pring Pethuk, karena hanya bambu petuk yang memiliki nilai filosofi tinggi bagi masyarakat sekitar.
Bambu Pethuk berbeda dari bambu pada umumnya. Ciri paling mencolok adalah ruasnya yang saling bertemu. Bagi masyarakat Jawa Tengah bambu pethuk melambangkan kekuatan dan penjagaan. Secara biologis tanaman bambu pethuk memang tergolong tanaman bambu yang kokoh. Bambu pethuk mampu tetap berdiri meski diterjang angin topan.
Tradisi Pring Petuk menyiapkan uang pajak selama setahun disimpan di dalam bambu pethuk. Konon uang yang disimpan akan aman. Seperti diketahui petuk dianggap keramat oleh masyarakat Jawa pada umumnya karena khasiat dan keberadaannya yang langka.
Daya magis bambu petuk dapat menangkal ancaman bahaya kasat mata. Pehtuk dipercaya bisa membuat pemilliknya sukses dalam berbisnis atau usaha lainnya. Bila pemiliknya petani maka setiap hasil panennya akan berlimpah dan makmur. Pemilik pethuk juga akan memancarkan kharisma diantara orang sekelilingnya.
Tak main-main bambu petuk selain memilki nilai tradisi yang tinggi harga jualnyapun tak kalah selangit. Harga bambu petuk berkisar antara 1000.000- 3.000.000 rupiah tergantung jenisnya. Untuk bambu petuk jenis gunung harganya bahkan bisa tembus 64 juta rupiah.
Banjarnegara dikenal pula dalam produksi kerajinan dari bambu.***