KALPATARA.ID – Pada Hari Raya Nyepi, umat Hindu Bali melakukan Catur Brata Penyepian. Dalam pelaksanaanya, di tengah situasi perubahan iklim, ritual ini menjadi salah satu adaptasi dan mitigasi manusia di tengah perubahan iklim.
Catur Brata Penyepian dilaksanakan pada Pananggal 1 Sasih Kadasa atau tanggal pertama bulan paruh terang, sehabis fase bulan tilem pada bulan kesepuluh Penanggalan Bali.
Peringatan Hari Raya Nyepi adalah peringatan tahun baru sesuai Penanggalan Bali. Masa peralihan, baik hari, bulan maupun tahun dikategorikan sebagai masa yang penting bagi masyarakat Hindu Bali.
Masa peralihan hari di Bali dilaksanakan trisandhya atau sembahyang tiga kali sehari, yaitu dilaksanakan pada jam 6.00 pagi (pratah savanam), jam 12.00 tengah hari (madyana savanam) dan jam 6.00 senja sore hari (sandhya savanam).
Demikian pula dengan Hari Raya Nyepi yang dilaksanakan bersama rangkaiannya. Mulai dari melasti, mecaru, tawur kasanga, pangurupukan, catur brata penyepian dan ngembak geni. Dilaksanakan di masa pergantian tahun.
Masa peralihan waktu merupakan masa yang genting dan mengandung kesensitifan dalam skala semesta. Melibatkan pengaruh pada bhuana agung (makrokosmos) dan bhuana alit (mikrokosmos). Karena itu perlu diperingati untuk menjadi pengingat dalam menjaga kedua ruang bhuana di waktu tersebut.
Di Hari Raya Nyepi dilaksanakan catur brata penyepian yang mengandung makna keheningan. Sepi dalam kata nyepi bukan berarti kosong, melainkan hening. Kembali pada keheningan utuh sebagai manusia.
Catur brata penyepian mewajibkan empat pantangan, yaitu: amati geni (tidak boleh ada api/cahaya), amati karya (tidak boleh bekerja), amati lelungan (tidak boleh bepergian), amati lelanguan (tidak boleh menikmati atau menyelenggarakan hiburan).
Gerak tubuh manusia Bali berhenti saat itu. Menyerupai waktu yang mulai dari angka awal kembali. Diri manusia kembali pada titik awal, bersamaan alam semesta yang memulai lagi masa baru.
Baca Juga: Ternyata Hari Raya Nyepi Punya Latar Belakang Astronomi
Lebih jauh lagi, penghentian gerak tubuh manusia Bali dalam Catur Brata Penyepian dimaknai untuk meningkatkan kesadaran akan keberadaan panca mahabutha dalam diri. Panca mahabhuta adalah lima unsur alam: akasa, bayu, teja, apah dan pertiwi. Unsur-unsur tersebut ada dalam manusia juga alam semesta dan merupakan elemen penciptaan jagat.
Dalam keheningan Nyepi, diharapkan kesadaran akan keagungan penciptaan manusia dengan anugerah alam semesta berpendar di masing-masing diri.
Selanjutnya, menyepikan alam…