KALPATARA.ID – Pohon Gayam memiliki nama ilmiah Inocarpus fagifer, merupakan flora yang termasuk dalam keluarga polong-polongan Fabaceae. Gayam adalah tanaman multimanfaat yang kini justru semakin langka keberadaannya.
Di Indonesia pohon Gayam banyak dikaitkan dengan cerita – cerita mistis maupun mitos-mitos masyarakat. Padahal sebenarnya kepercayaan yang ada di masyarakat tentang hal-hal buruk pohon Gayam tidaklah benar.
Orang tua jaman dahulu menempelkan label ‘rumah genederuwo’ pada pohon gayam dengan tujuan agar siapapun segan untuk mendekati pohon gayam apalagi merusaknya.
Bukan tanpa sebab pohon gayam amat dijaga kelestariannya karena berkaitan dengan fungsinya yang sangat kuat dalam membuat ‘tabungan’ air tanah.
Dikutip dari laman resmi Dinas Lingkungann Hidup dan Kebersihan pohon gayam memiliki ciri khusus yaitu berupa akar papan atau buttress–rooted.
Akar papan termasuk akar tunggang dengan perakaran yang dalam. Akar gayam yang padat dan dalam dapat berfungsi sebagai biopori resapan air hujan. Selain itu akar pohon gayam juga memiliki kemampuan menyelamatkan sumber mata air.
Akar pohon gayam yang papan membuat pohon gayam dapat tumbuh kokoh hingga puluhan meter dan mampu hidup hingga ratusan tahun. Pohon gayam tidak mudah tumbang sehingga mampu melindungi tanah dari gerusan air.
Dalam literasi yang lain disebutkan jika perakaran pohon gayam mampu menahan air dan erosi permukaan, mampu memompa unsur-unsur hara dari lapisan tanah yang dalam dan diangkut ke permukaan tanah dalam bentuk dedaunan yang gugur, memperbaiki permeabilitas tanah serta mampu melakukan fiksasi nitrogen dari udara sehingga tanah menjadi subur.
Keberadaan pohon gayam kini mulai langka. Hal itu disebabkan pembalakan hutan dan alih fungsi lahan serta berbagai masalah lingkungan. Sesuai dengan kemampuannya menyelamatkan aiar tanah dan menahan tanah, pohon gayam sering kali ditanam di area pinggiran sungai, area rawa, atau area dekat mata air.
Dikutip dari situs Karaton Ngayogyakarta daerah Yogyakarta, masih bisa ditemukan pohon gayam yang terletak diantara tarikan garis sumbu filosofi Yogyakarta. Di sepanjang tepian jalan Margatama hingga Jalan Margamulya ditanami pohon asam (asem) dan pohon gayam.
Pohon asam melambangkan sengsem (ketertarikan) dan gayam melambangkan ayom (ketenangan). Maknanya, orang yang melewati jalanan sarat pesan kemuliaan tersebut akan merasa senang atau tertaik dan tenang atau nyaman.
Pohon gayam memiliki berbagai nama berbeda di seluruh nusnatara, seperti gayam (Jawa), gatet (Jawa Barat), gatep (Bali), bosua (Sulawesi Utara), angkaeng (Sulawesi Selatan), dan ghaja (Flores).***