KALPATARA.ID- Kain Cual adalah kain tenun tradisional khas Bangka Belitung. Yang dibuat seperti kerajinan songket, namun dibuat dengan teknik tenun ikat yang menghasilkan warna-warna cerah dan menyala khas kain tradisional Melayu.
Motif Kain Cual yang ada hampir mirip dengan songket Palembang, namun lebih luwes dan memiliki lebih banyak lengkungan. Serta selalu dihiasi dengan motif tumbuhan dan hewan.
Dalam bahasa setempat kata Cual berarti celupan benang pada proses awal, dengan penjelasan benang atau mori diwarnai, dicelup dan diikat.
Kain tenun ini didominasi oleh tenun ikat, sehingga dalam membentuk motif lebih banyak dipakai susunan benang pakan dengan pewarnaan melalui teknik pencelupan, pengikatan dan pemeletan.
Motifnya berupa motif corak dalam bahasa setempat disebut Pengantek Bekecak dan ruang kosong atau Jande Bekecak. Bahan benangnya terbuat dari benang kapas atau sutra.
Tenunannya memakai benang emas atau perak yang membuat kain terlihat gemerlap ketika terkena cahaya, sehingga tampak mewah.
Sebagai kerajinan tradisional, Kain Cual ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2015.
Bermula Menjadi Pakaian Keturunan Bangsawan
Dahulu tempat pemukiman para penenun berada di wilayah Teluk Rubiah, Muntok. Sehingga Kain Cual dulunya dikenal dengan Limar Muntok. Hingga kini kampung tersebut masih ada, tetapi tidak lagi menjadi kampung tempat para penenun.
Pada masa lalu, keahlian menenun terbatas di lingkungan bangsawan saja. Mereka menenun untuk keperluan mereka sendiri, bukan untuk diperjualbelikan.
Sebagai kerajinan tradisional yang bernilai, kain tenun ini juga menjadi pakaian kebesaran lingkungan bangsawan Muntok saat itu.
Sehingga jika dipakai sebagai hantaran pengantin ataupun mahar, pakaian ini langsung menggambarkan status sosial (pangkat dan kedudukan) seseorang pada masa itu.
Penyebaran Keterampilan Tenun
Memasuki abad ke-19, kain cual mulai diproduksi untuk kepentingan perdagangan hingga ke Palembang, Belitung, Pontianak, Singapura dan Tanah Melayu lainnya.
Perkembangan itu menyebabkan kain tenun ini mulai dipakai oleh kalangan di luar kaum bangsawan dan keterampilan menenun pun mulai disebarkan kepada masyarakat kebanyakan untuk memenuhi permintaan pasar.
Pemakaian Kain Cual pun meluas di wilayah Bangka-Belitung dan sekitarnya seperti: Tempilang, Nangka, Air Gegas, Jebus, Ranges, Riding Panjang, Jelutung, Belitung hingga Palembang.