Sebuah ruang di ujung wahana disediakan khusus untuk anak-anak dapat berpartisipasi menggambar dan mewarnai motif atau ikon khas Suku Byak. Sehingga, secara tidak langsung mereka juga belajar tentang kebudayaan Byak.
Para Pengunjung: Dari Kota Raja hingga Mancanegara
Wahana pameran yang berlokasi di atrium BX Change Mall 2 Bintaro ini rupanya menarik perhatian pengunjung mall. Dalam pantauan Kalpatara, selama pameran berlangsung, pengunjung mall juga tertarik dan mengunjungi wahana.
Sanerao Warmaer dari Biak, akademisi Universitas Cendrawasih, yang kebetulan berada di Jakarta, menyempatkan hadir untuk menunjuni pameran yang mengangkat tentang suku kelahirannya ini.
“Ini luar biasa, tidak kira, tradisi kami bisa diangkat dalam pameran di Jakarta dan hadir di tengah kepungan modernitas ibukota,” ungkap Sane.
Pada panitia, Sane mengucapkan terima kasih karena telah mengangkat kebudayaan Suku Byak dalam pameran ini.
Hal senada juga diungkap oleh Utrecht Rumbiak, berdarah Byak yang juga sedang di Jakarta.
“Awalnya mau nonton bioskop, tetapi ketika melihat ukiran perahu Byak, saya kaget dan awalnya tidak percaya, Bagaimana bisa perahu milik suku kami ini ada di mall?” ujarnya.
Utrecht sengaja datang ke pameran hingga dua kali untuk bisa mendapatkan informasi yang lebih jelas tentang pameran ini.
Seorang anak kecil, warga negara Brazil terpantau oleh Kalpatara menikmati pameran. Ia juga meminta untuk mengenakan hiasan kepala Byak dan belajar memainkan tifa.
Pameran Laut Langit Lahan ini diselenggarakan secara kolaboratif antara lembaga, di bawah koordinasi Suar Bahri Kultura dan didukung penuh oleh Ditjen Kebudayaan RI.***