KALPATARA.ID – Bila di Madura ada atraksi tradisional Karapan Sapi, maka Bali juga punya tradisi serupa yang disebut Makepung.
Makepung adalah atraksi balap kerbau sambil menarik kendaraan bernama cikar yang berasal dari kabupaten Jembrana Bali. Dalam bahasa Bali Makepung berarti berkejar-kejaran (makepung-kepung).
Dalam atraksi Makepung para kerbau yang diarahkan joki diatas pedati kecil akan berlari melintasi lintasan sepanjang 4 kilometer dengan sebuah sungai yang melintang ditengah – tengah bernama Sungai Ijo Gading.
Atraksi Makepung dilakukan secara berkelompok antara blok barat dengan blok timur. Pembagian blok barat dan blok timur telah ditentukan secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Dikutip dari situs warisan budaya tak benda Kemendikbudristek bahwa tradisi Makepung pertama kali muncul sekitar tahun 1920an.
Pada mulanya Makepung justru terinspirasi dari kegiatan bertani masyarakat Bali. Tak jauh-jauh dari aktivitas pertanian masyarakatnya, Makepung berasal dari proses pengelolaan tanah sawah yang dibajak oleh kerbau. Tanah sawah dilumatkan menjadi lumpur oleh kerbau dengan menggunakan lampit.
Dalam kompetisi Makepung, lampit yang ditarik oleh dua ekor kerbau biasanya dihias agar terlihat menarik. Biasanya leher kerbau dikalungi gerondonganyang akan mengeluarkan bunyi seperti irama saat kerbau bergerak. Setiap joki akan duduk diatas lampit untuk mengarahkan kerbau.
Pada tahun 1930 tradisi Makepung semakin berkembang. Banyak sekali joki kerbau dari desa-desa sekitar kabupaten Jembrana yang mengikuti kompetisi kerbau iniseytiap joki akan berpakaian layaknya prajurit kerajaan di Jembrana pada zaman dahulu, yaitu memakai destar, selendang, selempod, celana panjang,saputpoleng (warna hitam putih), tanpa alas kaki dan membawa pecut.
Lintasan balap Makepung juga mengalami perkembangan. Tidak ladi di tanah garapan sawah yang berlumpur tetapi berpindah ke jalan tanah berpasir. Perubahan lintasan membuat bajak yang digunakan pada lintasan lumpur kemudiaan dirubah menggunakan pedati kecil.
Di tahun 1960 dibentuklah oragnisasi khusus yang menginduki kegiatan tradisional Makepung. Dari organisasi ini menghasilkan dua kelompok besar Ijo Gading Timur dan Ijo Gading Barat. Setiap blok (wilayah) memiliki jagoan kerbaunya masing-masing. Di blok barat terdapat kerbau yang terkenal dengan nama-nama seperti : moncong putih, dewi natalia, prabu angin rebut. Sementara di blok timur ada nama kerbau yang terkenal seperti : barong sangkar agung, lubak barak, sawung galing, dan mega dewi.
Pada pelaksanaanya Makepung juga sellau diadakan tanpa melewatkan berbagai tradisi ritual adat. Sebelum pertandingan Makepung misalnya, malam harinya diadakan pertemuan tetap muka seka Makepung dan kesenian Bali sebagai hiburan.
Kemeriahan Makepung tersaji dengan irirngan pemusik jegog (gamelan khas Bali yang terbuat dari bambu) dan uniknya kerbau – kerbau denagn aneka hiasan menarik yang saling berkejaran di lintasan berbentuk huruf U.
Yang membedakan Makepung dengan tradisi atraksi serupa dari daerah lain adalah sistem penilain bagi pemenang lomab. Dimana kerbau yang bisa menjuarai kompetisi adalah kerbau yang pertama samapai di tujuan dengan jarak 10 meter dengan kompetitor di belakangnya. Apabila kurang dari 10 meter maka dianggap kerbau yang berada di posisi kedua lah pemenangnya.
Hingga kini tradisi Makepung tetap lestari dimainkan oleh masyarakat Bali dan telah menjadi bagian dari warisan budaya tak benda yang tercatat di kemendikbud sejak tahun 2010. Daya tarik dan keunikan ataraksi Makepung menjadi nilai jual ekonomi bagi pariwisata di Bali.
Makepung juga memiliki fungsi sosial masyarakat yang mengajarkan semangat gotong royong dan sportifitas. Dalam fungsi berbeda Makepung juga menjaga tak terjadinya alih fungsi lahan pertanian dan berdampak baik pada perternakan kerbau secara intensif.***